Dia Benci Simpati

4.1K 395 5
                                    

Selepas mengantarkan Alessa dan Dania pulang, Algean tidak kembali ke rumahnya sendiri. Dia memilih menjauh, menyendiri, dan duduk di dekat danau menikmati angin sore.

Mengambil kerikil lalu melemparkan ke dalam danau dengan pelan.

Pikirannya berkecamuk. Kepalanya benar benar ingin meledak saking banyaknya masalah yang mengendap.

Pandangannya kosong ke depan, namun tubuhnya sedang merasakan semilir angin. Sampai akhirnya netra itu meneteskan air mata namun ekspresi nya masih tetap sama, begitu tenang dan tanpa ekspresi.

Dia menengok ke samping, tepat ke arah burung burung yang bertengger di dahan pohon mangga, pandangannya jatuh sebentar.

"Bahkan mereka pun seperti nya lebih bahagia dari gua." gumamnya.

Algean kembali memalingkan wajahnya, lalu mengusap air matanya. Dia merogoh saku, berniat mengambil handphone.

Mengaktifkan handphone nya, dan benar saja banyak pesan masuk, salah satunya dari Langit yang sangat suka sekali men-spam media sosialnya, dengan alasan jika lelaki itu begitu khawatir pada Algean. Langit takut jika Algean melukai dirinya, padahal Algean sudah berusaha menghentikan kebiasaan itu, dan memilih menangis untuk meluapkan emosi.

Tidak apa apa jika kalian menganggap Algean cengeng, memang itulah kebenaran nya, Algean hanya remaja penuh luka yang terus terusan membohongi dirinya dengan berpura pura kuat.

Entah dorongan dari mana, tiba tiba Algean memencet foto profil WhatsApp milik Alessa, dan memandangnya lamat.

Setelah diperhatikan seperti nya wajah cantik itu tidak asing bagi Algean, bukan karena Algean sudah mengenal Alessa, namun Algean seperti pernah melihat Alessa dulu, tapi dimana?

Tiba tiba sorot matanya menajam, ketika dia sudah menyadari sosok yang mirip dengan Alessa.

"Ngga mungkin kalo Alessa itu An..."

"Algean."

Dia menengok, ketika suara barito memanggilnya.

"Lo ngapain disini?" tanya lelaki itu.

Algean menaikan satu alisnya, "Lah Lo ngapain disini?" jawab Algean.

Lelaki itu memutar bola matanya malas, kenapa setiap kali berbicara dengan Algean emosinya terus saja memuncak.

"Nyari angin, Lo lupa kalo rumah gua deket sini?"

Algean memalingkan matanya, dia lupa, jika rumah Fredi berada disekitar danau ini.

Algean bergumam.

Fredi ikut duduk di samping lelaki itu.

"Gua ga percaya ketua geng besar bisa gabut." ujar Algean bergumam.

Fredi menoleh kaget, "Lo mandang gua apa si Al? Sampe Lo ga percaya gua bisa gabut?"

"It's not that you have a lot of work, seperti, troublemaker, school culprit, enemy finder, brawler, gang leader Atrakstor the threatening man." tutur Algean sengaja menggunakan bahasa Inggris. (Bukannya Lo banyak pekerjaan, seperti, pembuat onar, penjahat sekolah, pencari musuh, petarung, pemimpin geng Atrakstor si tukang ngancam.)

Fredi melongo, sengaja sekali Algean menggunakan bahasa Inggris padanya.

"Translate." kesal Fredi, "Seharusnya Lo tau, gua ngga fasih banget bahasa Inggris, dan gua murid paling bodoh ketiga di sekolah."

"I just found out if you are very stupid." sarkas Algean, dia sengaja kembali menggunakan bahasa Inggris agar selesa menghina Fredi, tanpa Fredi bisa berbalik menghinanya, liat saja muka lawan bicaranya ketika dikatai. Fredi nampak kebingungan. (Gua baru tau kalo Lo bodoh banget.)

Suffering(COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang