Lelaki Kuat

10.1K 920 15
                                    

Algean turun dari motornya yang sudah terparkir di garasi, sorot tajam datarnya mengarah sekitar.

SMA Candrawana tempat Algean belajar, sekolah ini termasuk sekolah elite dengan berdominan murid murid dari kalangan anak hartawan yang menuntut ilmu disini.

Hari seperti biasa, jujur Algean tidak pernah semangat jika berangkat sekolah, namun karena dia punya tekad yang kuat ingin mempertahankan gelar nya sebagai murid unggulan nomor satu di sekolah dan memperbanyak prestasi dari bidang akademik dan non akademik supaya Zela dan Aris bisa menerima dan membanggakan dirinya, walau itu mustahil tapi Algean tidak pernah menyerah.

Saat ingin berjalan ke kelas, pundaknya di tepuk keras dari arah belakang. Algean terkejut lalu menengok menampilkan dua orang lelaki yang berjalan di sampingan dengan tersenyum manis namun membuat Algean jijik, "Diteriakin kaga denger, budeg Lo?" ucap Xavier, lelaki yang menepuk pundak Algean.

"Hooh, ni pita suara gua ampe pedot Al." ceplos Efrain biasa di sapa Rain, lelaki yang datang bersama Xavier.

Xavier menelonyor kepala Rain, "Si Rain gelo, kalo pita suara Lo pedot Lo ngomong nya aa uu anjim," sahutnya.

"Si kafir oon, kalo pita suara pedot kaga bisa ngomong anjim,"

Xavier melotot, dia kembali menelonyor kepala Rain bertubi tubi sambil berucap, "Xavier anjim bukan kafir, gua amplas bibir Lo ntar,"

Rain menangkis tangan Xavier lalu mencebik, "Sakit anying." ucapnya lalu membalas menelonyor kepala Xavier keras.

Xavier menaikan satu alisnya ketika melihat perubahan tampilan pada tubuh Algean, "Tumben Lo pake jaket Al? Udah sayang sama kulit Lo takut item kena matahari ya?"

Algean berdecak, "Brisik," ketusnya yang sudah risih mendengar ucapan dua sahabatnya, lalu dia berjalan cepat meninggalkan mereka.

"Al woy! Udah disamperin malah ninggalin, jahat Lo kek cewe, sukanya ninggalin!" teriak Rain namun tidak dihiraukan oleh sang empu.

"Dzikir a?" tanya Xavier sambil menaikan satu alisnya.

Rain tersenyum manis, "Ngebacot mas," jawabnya dengan nada dibuat seperti perempuan dan itu membuat Xavier bergidik ngeri.

ALGEANDRA

Motor Algean roboh ketika menghindari seorang gadis yang menyebar sembarangan. Algean mengumpat lalu membuka helm full face nya dan menghampiri perempuan yang sedang berjongkok dengan kedua telinga yang ditutupi tangan nya.

"Heh bangun Lo!" ketus Algean kesal di hadapan perempuan itu.

Sampai akhirnya gadis itu membuka kedua telinga nya dan mendongak menatap Algean sambil melongo, "Bibit unggul," gumam nya ketika melihat ketampanan Algean.

Algean menaikan satu alisnya, "Gila." umpatnya pada gadis itu.

Sampai akhirnya perempuan itu tersadar dari lamunannya. Dia bangkit dengan rasa gugup menyelimuti nya, "Ma-maafin gua."

Algean tersenyum sinis, "Enak banget Lo ngomong maaf, Lo ga liat motor gua rusak?!"

Perempuan itu melihat motor Algean yang menabrak trotoar jalan. "Te-terus gu-gua harus gimana?"

"Ganti rugi,"

Perempuan itu meneguk ludahnya, dia menyumpah serapahi dirinya yang tidak berhati-hati ketika menyebrang. Lalu, sekarang dia harus mengganti kerusakan motor lelaki ini bagaimana? Dia tidak punya uang untuk membayar perbaikan nya, "Se-sebelumnya maaf, gua ga punya uang buat ganti kerusakan motor Lo," ucap nya pelan tanpa menatap sorot tajam Algean.

Kemarahan Algean sedikit padam, dia menatap perempuan ini. Penampilan nya yang sederhana membuat dia sedikit percaya dengan perkataan nya, "Terus motor gua?" tanya Algean kembali.

Namun setelah mendongakkan kepalanya menatap Algean perempuan itu malah menangis sesenggukan, "Maaf," ucapnya, sontak Algean terkejut.

Algean melihat sekitar, takut ada orang yang melihat lalu berpikir yang tidak tidak karena perempuan ini menangis di depan nya, "Cengeng, berhenti nangis!" perintahnya. Dia menghela nafas, "Lo ga perlu tanggung jawab pasal kerusakan motor gua." putus Algean. Dibalik sifat ketus dan keras lelaki itu masih tersimpan rasa simpati hanya jarang dia keluarkan di depan orang orang.


Perempuan itu membuka matanya lebar lalu tersenyum manis kearah Algean, dia meraih tangan Algean dan membuat lelaki itu terkejut, "Serius?!" ucapnya meyakinkan.

Algean hanya bergumam seolah mengatakan 'ya'.

"Aaa makasih," ucapnya lagi sambil menampilkan deretan gigi putihnya.

"Hmm," gumam Algean, dia menatap pergelangan tangan yang sedang di cekal oleh perempuan itu.

Sontak perempuan langsung melepaskan dan merasakan malu, "So-sory refleks."

Beberapa detik Algean berbalik menuju ke arah motornya. Setelah membangunkan, dia memakai helm nya dan menyalakan mesin motornya, saat ingin menancap gas perempuan tadi menghampiri nya kembali dan mengulurkan tangan, "Alessa," ucap gadis itu memperkenalkan diri.

Algean hanya menatap uluran tangan itu lalu menatap Alessa datar, tanpa menjawab dia langsung pergi meninggalkan Alessa sendiri.

Alessa menaikan satu alisnya heran, "HAI NAMA LO SIAPA?" teriak Alessa namun Algean tidak berhenti untuk menyahut, "Orang kaya itu sombong." ceplosnya, sesaat Alessa menepuk bibirnya pelan, "Gaboleh julid Sa, dia udah baik sama Lo dengan bebasin Lo dari ganti rugi." monolog nya sambil menatap kepergian Algean.

ALGEANDRA

"Berandal," sindir Aris ketika melihat Algean di garasi.

Algean menunduk di sisi motornya tanpa mau menatap Aris yang sedang menatap sinis ke arahnya dengan melipat kedua tangan nya di depan dada, "Sudah numpang tapi tidak tau diri kamu ya," sarkas Aris, "Pulang larut malam seperti anak yang tidak berpendidikan, ternyata kamu sama dengan ayah mu."

"Jangan sampai membuat saya malu kepada tetangga atas perilaku mu bocah,"

Ucapan Aris berhasil menohok hati Algean namun dia masih memilih diam. Sampai akhirnya Aris berjalan meninggalkan Algean sendiri.

Setelah kepergian Aris, Algean bernafas lega walau rasa sakit di hatinya tidak hilang. Tenang, Algean lelaki kuat, jangan ragukan dia. kalian tau dia sudah biasa mendengar ucapan pedas dari Aris ataupun Zela kan?

Algean berbalik memasuki rumahnya lewat pintu belakang, tiba tiba dia melihat Bik Surti yang sedang menatapnya sayu, wanita tua itu mendekati Algean sambil tersenyum pedih, "Baru pulang kerja den?" tanya Bik Surti, lalu Algean mengangguk. Bik Surti tau jika anak majikan nya ini bekerja paruh waktu di sebuah Cafe untuk mencari uang simpanan, karena uang bulanan yang Aris berikan tidak cukup untuk kebutuhan yang lain.

Bik Surti menghelai nafas, Lalu mengelus kedua tangan pucat Algean, "Den Al mandi ya, nanti bibi bawain makan malam ke kamar aden," ucapnya tulus.

"Makasih bi," jawab Algean seadanya, lalu berjalan pergi menuju kamar nya yang berada di lantai tiga.

Tanpa Algean sadari setelah kepergian nya, Bik Surti menangis merengkuh tubuhnya sambil menatap punggung kokoh namun penuh beban itu. Bik Surti tau ini terlalu berat untuk dihadapi Algean.

Mungkin bagi mereka Algean sosok lelaki yang cuek, asing, keras, namun baginya Algean hanya seorang remaja yang fisik dan mentalnya harus segera di selamatkan dari orang sekitar nya.

"Terimakasih Tuhan telah memberikan hati sekuat baja untuk Den Algean." gumamnya setelah itu mengusap air mata nya sendiri.

Suffering(COMPLETED)Where stories live. Discover now