Khawatir

8.5K 722 39
                                    

Algean membaringkan tubuhnya di bawah pohon beringin belakang sekolah, matanya terpejam melampiaskan rasa penat fisik dan mentalnya. Sengaja dia tidur di kawasan yang jarang diambah oleh murid murid karena Algean sedang menghindari keramaian, bahkan lelaki itu pun tidak memperdulikan dering panggilan ponselnya dari Xavier dan Rain yang sedang mencari nya di penjuru sekolah.

Ritme nafasnya teratur, jaku nya naik turun ketika dia menelan saliva nya pertanda dia tertidur pulas menikmati suasana sejuk tanpa diganggu manusia lain.

"TOLONG! SIAPA PUN TOLONGIN GUA!" terdengar teriakan histeris.

Seketika mata Algean terbuka, dia terkejut mendengar suara teriakan di sekitar dia berada. Dia mendudukan tubuhnya lalu mengusap wajahnya kasar, "Pengganggu." gumamnya kesal.

Algean bangkit. Jika kalian pikir lelaki itu akan menyusahkan diri untuk mencari suara tadi dan menyelamatkan orang nya, kalian salah. Dia tidak akan mau merepotkan dirinya untuk orang lain, membuang waktu saja.

Algean berjalan menjauhi kawasan belakang sekolah dan berniat berpindah ke rooftop untuk menuntaskan rasa kantuk nya. Namun sesaat suara itu kembali hadir dan membuat langkah nya terhenti.

"SIAPAPUN DI LUAR TOLONGIN GUA, GUA TAKUT!"

Algean melihat sekitar, tepatnya ke arah gudang sekolah yang pintunya terkunci. Dari sana lah suara itu berasal. Karena penasaran sampai akhirnya Algean memutuskan untuk mendekati gudang itu.

Algean menempel telinga nya pada pintu untuk mendengarkan lagi suara teriakan tadi, "To-tolong, tolongin gua hiks. Siapapun buka pintunya." suara itu melemah dengan diselingi tangisan dan pukulan pintu. Algean berpikir dia seperti familiar dengan suara itu.

Jari telunjuk Algean terangkat dan mengetuk pintunya pelan, "Siapa?" ucap Algean.

Hening sebentar sampai akhirnya dia kembali mendengar pergerakan bahwa seseorang yang berada di dalam berusaha membuka knop pintu yang terkunci itu, "Tolong, tolongin gua. Gua dikunci dari luar," ucapnya masih dengan isakan tangis.

Algean tau dia pasti korban pembullyan dari murid disini, itu sudah biasa Algean temui disekolah nya. Dia melihat sekitar mencari kunci atau apapun yang bisa dia gunakan untuk mendobrak pintu namun tidak ada apapun.

"Mundur, biar gua dobrak."

Brak

Brak

Pintu itu masih kokoh menahan dorongan nya. Berulang kali juga dia dobrak namun hanya bagian engsel saja yang kendor belum sepenuhnya lepas.

Algean mundur dua langkah dan berusaha mengumpulkan tenaga, lalu mengarahkan kakinya kanan nya ke pintu itu dan...

BRAK

Pintu itu berhasil dia rusak sampai copot dari engselnya, setelah itu menampilkan seorang gadis yang berlari dan langsung memeluknya dengan tubuh gemetar. Algean tertegun dengan perbuatan gadis itu.

"Hiks hiks makasih udah nyelametin gua, gua takut." ucapnya. Dia Alessa gadis berwajah cantik yang tadi pagi dia temui di koridor.

Tubuh Algean kaku dengan wajah datar yang masih melekat, dia enggan mengatakan apapun bahkan tidak berniat membalas pelukan nya.

Alessa melepaskan pelukan itu lalu tertunduk tidak berani menatap Algean karena malu telah memeluknya secara tiba tiba, "So-sory,"

"Kalo ngomong jangan nunduk," ujar Algean dingin.

Perlahan Alessa menatap wajah tampan Algean, jantungnya seketika berdegup kencang melihat raut dingin dan datar milik lelaki itu.

"Siapa?" tanya Algean ambigu.

Suffering(COMPLETED)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora