Rumah Sakit

4.9K 394 11
                                    

"Lo ga sekolah?"

"Ngga, Lo aja."

"Kenapa?"

"Gua ada urusan." jawab Algean singkat, "Thanks tumpangannya, gua pergi dulu." lanjutnya berpamitan pada Xavier.

Xavier mengangguk, "Oke."

Setelahnya, Algean mengambil jaket di sofa dan berjalan keluar rumah Xavier.

Sebenarnya ini hari aktif, hari dimana dia seharusnya pergi ke sekolah, namun menemani Alessa untuk mengantar Dania terapi lebih penting. Bukan kah itu janjinya juga.

Dia menjalankan mobilnya menuju rumah Alessa, sebelum pergi dia juga sudah menghubungi Alessa terlebih dahulu.

Mobil itu melaju tidak begitu kencang, karena Algean juga ingin menikmati suasana kota pagi hari yang belum terambah dengan kemacetan.

Perjalanan nya memakan waktu lima belas menit untuk sampai ke kediaman Alessa. Mobilnya berhenti di depan gerbang rumah gadis itu. Dia keluar lalu melangkah kan kakinya, namun saat di samping mobil langkanya terhenti ketika melihat seorang pria berdiri di gerbang rumah Alessa dengan menggunakan pakaian tertutup.

Dia menatap curiga lelaki yang sedang memperhatikan rumah Alessa dengan intens sampai tidak mengetahui kehadiran nya.

"Permisi." ujar Algean membuat pria itu tersentak.

Wajah pria itu tertutup masker dengan kepala tertutup tudung hoodie, melihat kehadiran Algean membuat pria itu memalingkan wajahnya.

"Anda sedang apa?" tanya Algean datar.

"Ti-tidak, saya hanya sekedar lewat, lalu tidak sengaja melihat halaman rumah ini penuh dengan bunga membuat saya tertarik untuk menanam bunga di halaman rumah saya juga." ujar lelaki itu, sambil menggerak gerakan bola matanya, seolah sedang mengucapkan kebohongan.

Dari suaranya, nampak lelaki itu lebih tua dari Algean bahkan soal umur  sepertinya sama dengan Aris. Dia tidak yakin dengan ucapannya karena sangat mencurigakan, namun dia berusaha mengalihkan pikiran negatifnya itu.

Dia melirik rumah Alessa sebentar.

"Sa-saya permisi." lelaki itu melenggang pergi menjauhi rumah Alessa.

Algean menghela nafas, mungkin alasan lelaki itu memang benar.

Dia memutuskan masuk ke rumah Alessa untuk menjemput gadis dan ibunya itu.

Dia berdiri di depan pintu utama rumah itu, lalu mengetuk pelan sampai tiga kali. Hanya memerlukan beberapa menit, gadis pemilik rumah itu sudah keluar dengan wajah berseri membuat mood bahagia Algean meningkat karena melihat senyuman nya.

"Hai bos." sapa Alessa bercanda.

Algean terkekeh, lalu mengusap puncak kepala Alessa pelan, "Udah siap? Nyokap Lo dimana?" ujarnya sambil melihat ke dalam rumah Alessa.

"Bentar ya Ge. Mamah lagi ganti baju, baiknya Lo masuk dulu deh, sarapan bareng gua, gua tau Lo belum sarapan kan?"

"Engga-"

"Hustt..." Alessa menaruh jari tunjukkan ke bibir Algean membuat lelaki itu speechless, Alessa menggeleng gemas, "Ga terima penolakan ya. Gua udah masakin banyak buat kita sarapan bareng Mamah loh."

Algean menaikan satu alisnya, "Lo bisa masak?"

Alessa mengerutkan keningnya bingung, "Lo ngeraguin gua? gesrek gesrek gini gua kalo masak udah kaya chef Renata loh."

Algean menyungging senyum, "Gua percaya, emang apa yang ga Lo bisa? Dapetin hati gua aja bisa."

Seketika pipi Alessa memerah, dia salah tingkah di depan lelaki itu karena ujaran nya, pandangan terputus dari netra Algean karena Alessa malu untuk menatapnya.

Suffering(COMPLETED)Where stories live. Discover now