Bocah Nekat

3.5K 332 7
                                    

"Lo masih marah sama gua?"

"Nggatau." jawab Xavier ketus.

Algean menghela nafas.

Rain berdecak, dia sendari tadi hanya memperhatikan kedua sahabat nya yang saling berdiam diaman, tidak ada pembicaraan, tidak ada jokes, Rain benar benar tidak tahan dengan suasana hening ini. Dia frustasi, dia kesal, dia tidak bisa berdiam diri tanpa ada bahan perbincangan antara kedua sahabat nya yang saat ini sedang dalam hubungan renggang.

"Baikan kek elah, pada tukar terus. Vier baikan kek, Lo kok jadi ngambekan gini, biasanya juga Lo ngertiin keadaan Algean. Gausah kek cewe ngapa."

Xavier menoleh ke Rain dengan mata tajamnya membuat Rain langsung kepincut takut.

"Bukan cewe doang yang bisa kesel bro, cowo juga bisa. Lo punya perasaan kan? Gimana rasanya kalo orang yang Lo anggep penting semakin kesini semakin lupain Lo? Seolah olah dia buta kalo Lo dulu yang selalu ada di samping dia saat dia sendirian?"

Jawaban itu benar benar menusuk hati Algean, namun bukannya marah dia malah merasa bersalah karena itulah kebenaran nya.

Dia sudah paham bagaimana karakter Xavier, Xavier adalah lelaki blak blakan jika berbicara dalam keadaan marah, Xavier lebih suka menyindir langsung, dari pada menggunjing di belakang.

Rain melirik Algean, merasa tidak enak hati atas perkataan Xavier, "Jangan ngomong gitu Vier. Lo ga kasian apa sama Algean"

Xavier hanya memutar bola matanya malas.

Sedangkan Algean dia hanya menunduk tanpa berani berkata kata, dia mengaku salah karena sudah mengenyampingkan sahabatnya sendiri yang selalu ada saat dia kesepian, dia seolah olah merasa selalu sibuk sampai melupakan kedua orang penting itu.

"Maaf an kek pada astaga."

"Ngapain gua minta maaf ke dia? Orang gua ga salah kok." jawab Xavier enteng.

Brak!

Semua orang yang berada di dalam langsung terkejut saat Rain menggebrak meja dengan keras.

"Kalian kenapa jadi kek gini si? Ga inget kalo kalian sabahatan? Lo berdua mau lupain hubungan ini cuma karena masalah yang ngga gede gede banget? Stop gengsi, Lo udah pada gede woy, tolong mikir dewasa lah jangan egois gini. Jangan karena masalah ini Lo berdua jadi pada canggung nantinya. Malu dong sama anak Tk, yang berantem dikit, terus keselimur ngelakuin hal lucu mereka jadi baikan lagi. Ga bisa apa niruin bocil bocil yang masih belajar ngitung satu sampe sepuluh, huruf a sampe z?" cerocos Rain mengeluarkan unek uneknya, namun hal itu membuat Xavier melongo, karena mendengar jawaban sahabat nya yang biasanya ngawur, namun lihatlah begitu benar dia dalam berbicara untuk menasehati kedua sahabat nya agar berdamai.

Xavier menaikan satu alisnya, "Kok Lo marah?" tanyanya bingung.

"Apa?!" jawab Rain ngegas, membuat Xavier sedikit tersentak, "Emang kalian doang yang bisa marah marahan? Gua juga bisa. Lo tadi bilang kalo cowo juga punya perasaan kan? Lo heran kalo gua marah? Karena Rain yang Lo liat suka bertingkah bego, lemot, oon, paling labil di antara Lo berdua, paling bodoh--"

"Rain Lo ngomong apa si?!" bentak Xavier memotong.

"Ngomong sebenarnya!"

Xavier menatap Rain dengan raut bingung dan penuh pertanyaan, seperti dirinya yang jarang marah di depan kedua sahabat nya, dia juga bingung ketika melihat kemarahan Rain yang meledak, begitu lancar dalam berbicara, fasih, dan bisa merangkai kata kata dalam sekejap untuk mengeluarkan unek unek apa yang sedang dia rasakan.

Rain bangkit dari kursi, lalu menendang kaki meja dengan keras.

"Rain!" bentak Xavier saat dia terkejut.

Suffering(COMPLETED)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon