04. Datangnya Seorang Tamu

540 203 21
                                    

Langit terlihat sudah lebih terang dari sebelumnya. Terdengar dari arah taman, burung-burung berkicauan merdu seolah tak sabar menanti kedatangan Pangeran Jeffrey, langit tampak biru dengan sedikit polesan tipis dari putihnya awan.

Pagi yang cerah di hari Selasa. Tapi tidak menurut Helena. Gadis itu sebenarnya enggan untuk tampak rapi dan sopan hari ini. Kalau bisa, ia tak ingin setor muka tatkala tamu menyebalkan itu datang.

Meski akhirnya gadis itu tetap saja menunjukkan ekspresi diamnya. Tidak menunjukkan keengganannya, apalagi di hadapan kedua orang tuanya.

Helena diam memperhatikan, bagaimana ibunya, Ratu Sophia ditemani oleh Yasmine — adik perempuannya — sedang meminta para pelayan untuk menghias istana agar lebih 'cantik' dari sebelumnya.

Netra Helena memperhatikan ekspresi sang adik, yang didapatinya justru berbanding terbalik dengannya. Yasmine tampak bersemangat, matanya begitu berbinar, seolah memang menanti kedatangan tamu dari kerajaan besi yang terkenal dingin itu.

Yasmine terlihat cantik seperti biasanya. Bahkan sebenarnya lebih menawan Yasmine pagi ini dibandingkan Helena. Helena hanya mengenakan gaun berwarna sepia rose berhiaskan pita besar berwarna senada di bagian dadanya dan renda-renda yang berada di tiap ujung kain yang menumpuk rapi pada roknya. Bagian lengan bawah yang lebar, sarung tangan berwarna putih yang transparan. Bahkan Helena meminta Emily untuk tidak menghias rambutnya terlalu rumit, gadis bersurai auburn red itu meminta agar disanggul rendah saja.

Helena sengaja, atau mungkin terlalu malas untuk tampil totalitas hari ini.

Sedangkan Yasmine justru tampak totalitas. Gaun berwarna biru langit dengan pita-pita yang melingkari pinggulnya. Sama seperti Helena, lengan bawah yang lebar, juga sarung tangan berwarna putih. Rambut gadis itu ditata cukup rumit.

Malas melihat sibuknya para pelayan yang berlalu-lalang, Helena memilih untuk berjalan-jalan santai di taman. Memperhatikan bagaimana kuncup-kuncup bunga di sekitarnya bermekaran. Angin berhembus pelan, membelai lembut helaian rambut Helena. Gadis itu memandang ke arah timur, samar-samar ia mendengar suara burung camar dan irama ombak.

Lindsey memang terletak dekat dengan Laut Wildom. Lautan yang mengandung segudang mineral dan bahan tambang lainnya. Negeri ini memiliki kesan biru dan putih. Itu mengapa suasana di Lindsey begitu menenangkan.

Helena bertanya-tanya, bagaimana keadaan di luar dataran Auduma? Bill, kakaknya yang adalah Putra Mahkota pernah menempuh pendidikan di luar sana. Ah, jangankan luar dataran Auduma, Dellway saja — negeri yang paling dekat dengan Lindsey selain Kleypas — belum pernah gadis itu singgahi.

"Jika saja memiliki teman. Dari negeri mana pun. Siapa pun. Mereka yang baik, hingga aku dapat menganggapnya selayaknya saudara," gumam Helena pelan seraya mengusap pelan dedaunan di sekitarnya.

"Tuan Putri!" panggil salah satu pelayan menghampiri, membuat Helena menoleh, dengan tatapan bertanya-tanya.

Pelayan itu tampak tergesa-gesa, napasnya bahkan tak teratur. Helena tebak, ia berlari mencarinya. "Anu, itu ... Hhh," ucap pelayan itu terbata-bata. Helena masih menunggu gadis muda dengan pakaian berwarna putih dan biru muda — seragam pelayan Istana Lindsey — untuk menyelesaikan ucapannya.

"Hh ... Kereta ...."

"Kereta?" ulang Helena, bertanya.

"Kereta kudanya, sudah sampai gerbang ... sudah sampai..."

Belum selesai pelayan itu menjelaskan, Helena sudah mengangguk mengerti. Kemudian berlalu, menuju ruang utama, satu ruangan luas dan mewah tentunya yang sering dipakai untuk menerima tamu-tamu penting.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang