30. Upaya Penangkapan (2)

125 39 11
                                    

Andreas masih terjaga ketika langit perlahan mulai kembali terang, matahari mulai terbit dari ufuk timur. Lelaki itu beranjak dari duduknya, merenggangkan badan. Ia melirik ke arah anak buahnya yang masih terlelap. Lelaki itu tersenyum miring, rupanya mereka kelelahan.

Baiklah, saatnya bagi Andreas untuk berjalan-jalan di sekitar. Lelaki itu ingin melihat-lihat desa ini untuk terakhir kalinya. Karena besar kemungkinan malam ini ia akan kembali ke Kamp.

Andreas baru saja melangkahkan kaki keluar dari penginapan ketika seseorang berlari melewatinya. Amat cepat dan buru-buru. Andreas menoleh memperhatikan punggung tersebut, seringaian tampak dari bibir Andreas, lelaki itu pun kembali melangkah masuk ke penginapan.

Suara derap kaki seseorang yang berlari itu terdengar menggema, berbeda dengan langkah Andreas yang justru pelan hingga tak terdengar suara. Derap itu berhenti, seseorang itu langsung membanting pintu.

Tak perlu bagi Andreas melangkah mendekat, karena justru ucapan seseorang itu terdengar amat menggema, membuatnya cukup untuk mendengar amat jelas.

"BANGUN! GAWAT! TUAN VINCENT MEMBERI PERINTAH!!"

Beberapa pintu lain terbuka pelan, beberapa orang menjawab pelan. Banyak dari mereka baru saja bangun dari tidurnya, beberapa memandang heran, beberapa hendak marah karena tidurnya terganggu.

"Apa?"

"Ada apa?"

"Sial, kenapa kau teriak-teriak sepagi ini?"

"Hey Lois, kalau ucapanmu sama sekali tidak penting, aku akan menendangmu."

Andreas mengangguk ketika mendengar seseorang menyebutkan nama. Jadi sosok yang tampak tergesa-gesa dan kini sibuk membangunkan teman-temannya itu bernama Lois.

Andreas mengintip dari kejauhan, kedua tangan lelaki itu berada di saku celananya, memandang dengan santai seolah ia merupakan bagian dari mereka.

Lois terengah-engah sebelum melanjutkan ucapannya. Ia kemudian melemparkan secarik kertas asal, terjatuh ke lantai dan diambil oleh seseorang yang berada di dekatnya. Orang itu membuka kertas tersebut, melirik ke sekitar ketika kerumunan mulai ramai akibat banyaknya orang mulai bangun.

"Apa ini, Lois?"

"Aku sedang keluar sebentar di halaman ketika seekor merpati tiba-tiba menghampiriku. Dan seperti yang kau baca, Tuan Alex, aku sama terkejutnya sehingga langsung memberi tahu kalian."

Suara bisik-bisik percakapan terdengar setelah ucapan Lois tersebut. Ternyata seseorang yang mengambil secarik kertas itu adalah Alex. Andreas hanya mengangguk menyimak obrolan antara mereka semua.

"Ada apa?"

"Apa isinya?"

"Apakah itu berita penting?"

Alex menatap ke seluruh pasang mata yang kini menunggu. Ia kemudian berdeham pelan, "Ini surat dari Tuan Vincent," ia memberikan jeda sebelum melanjutkan kalimatnya, "Kita diperintahkan untuk kembali ke Kamp. Sekarang."

Ruangan saat itu mulai dipenuhi oleh bisik-bisik, mulai terdengar ramai, banyak pertanyaan yang terlontar, gumaman yang terdengar, keluhan yang tak tertahankan. Semua orang yang ada disitu tentu merasa bingung atas kabar yang diberitakan oleh Alex tersebut.

Sedangkan Andreas masih memperhatikan dari belakang, menjadi pengamat dari skenario yang ia buat sendiri.

"Ada apa? Bukankah kita diperintahkan pergi ke sana dua hari lagi?"

"Entahlah. Ini perintah dari Tuan Vincent," ucap Alex mengedikkan bahu.

Salah seorang berucap, "Aku akan menetap. Aku akan jadi 10 orang yang menetap itu."

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang