73. Penawaran Perlindungan.

103 30 2
                                    

Ophalia baru saja hendak menutup pintu ruangannya ketika ia tiba-tiba mendapati sosok Andreas telah berdiri seraya bersandar pada tembok, dengan kedua tangan yang bersedekap, mata yang lelah dan penampilan yang cukup berantakan.

Lelaki itu benar-benar terlihat seperti baru saja mabuk semalam, dan itu memang benar.

"Ah," ucap Ophalia yang terlontar begitu mendapati lelaki itu.

Andreas menaikkan sebelah alisnya, "Semalam aku mabuk?"

"Ya?"

Andreas terdiam sejenak, ia menunduk menatap sepatu yang ia kenakan untuk kemudian kembali mendongak dan menatap netra Ophalia, lelaki itu sempat menarik napas sejenak, "Semalam ... aku menemuimu, apa itu benar?"

Ophalia sempat menarik kedua alisnya, ia lalu mengangguk paham, "Benar," jawabnya.

Ini masih terlalu pagi bagi Andreas untuk menemui Ophalia sebenarnya jika saja Merlin tidak berkata padanya begitu lelaki itu terbangun dari tidurnya.

"Kau membuat Ophalia kerepotan karena tingkahmu ketika mabuk," ucap Merlin seraya membaca sebuah buku tanpa melirik sedikit pun ke arah Andreas.

Andreas yang baru saja terbangun dengan rasa pengar yang masih terasa pun tentu saja langsung membulatkan pandangannya saking terkejutnya.

Apa yang ia lakukan semalam? Andreas sama sekali tidak ingat.

Dan begitulah, setelah menepuk jidatnya sendiri, Andreas langsung bersiap untuk menemui Ophalia. Semoga saja tidak terlambat, lelaki itu ingin meminta maaf atas apa pun yang ia lakukan.

Sungguh memalukan. Andreas bahkan rasanya seperti tidak sanggup untuk bertemu dengan Ophalia.

Sedangkan Ophalia sendiri, tentu saja terkejut tatkala mendapati sesosok lelaki dengan perawakan tinggi itu tiba-tiba menunggunya di depan ruangan pribadinya di asrama. Gadis itu baru saja berniat untuk berkunjung ke rumah orang tuanya.

Andreas menunduk, ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Ophalia yang memperhatikan hal tersebut melirik sekilas ke ujung lorong. Hanya ada mereka berdua, tak ada siapa pun yang lain. Kembali menatap Andreas, Ophalia pun tersenyum tipis, "Kau hanya mengucapkan beberapa kalimat. Meracaukan beberapa hal."

Andreas mendongak, menatap Ophalia penuh canggung, "A-apa itu?"

Gadis itu terdiam, tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Sepertinya Ophalia tidak perlu menceritakan mengenai Andreas yang sempat memeluknya dan memegang rambutnya, apalagi cerita yang lelaki itu lontarkan. Itu pasti akan membuat Andreas semakin merasa malu.

"Entahlah. Merlin berkata kau meracau tentang hal yang menjadi masalahmu. Atau mungkin sesuatu yang sedang kau pendam dan mengusikmu ..." Gadis itu terdiam, memberi jeda sejenak, mengalihkan pandangannya beberapa detik kemudian kembali menatap Andreas, "Apa ada hal yang mengganggumu?"

Dan pertanyaan itu seperti lesatan panah yang menyentuh telak pada jantung Andreas. Lelaki itu menghela napas, mengusap wajahnya kasar.

Hening di antara mereka. Ophalia diam menanti Andreas untuk berucap, sedangkan lelaki itu hanya menatap sekitar dengan cemas, ragu untuk mengatakan sesuatu.

Gadis itu pun akhirnya mengangguk, pamit untuk pergi, hingga Andreas pun menahan lengannya dan menghentikan langkah Ophalia. Ophalia menoleh menatap Andreas heran.

"Kau ... apa yang terjadi ketika kau pergi ke Dellway?" Begitulah pertanyaan yang Andreas berikan, membuat Ophalia detik itu juga seolah jatuh terjerembab bahkan tenggelam ke dalam tanah.

Gadis itu terdiam mematung, menatap Andreas dengan pandangan ngeri dan terkejut.

Dari mana Andreas tahu bahwa Ophalia pergi ke Dellway? Apakah ... apakah —

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Where stories live. Discover now