55. Negeri Yang Memutih

115 34 4
                                    

"Alice, kau yakin?" tanya Farrel membantu Alice menyiapkan tas bawaannya.

Alice sedang mengikat tali sepatunya ketika Farrel melontarkan pertanyaan seperti itu, ia menoleh, menatap Farrel lama.

"Tentu saja. Situasi Istana sekarang sedang cukup tenang, aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi," jawab Alice.

Farrel terdiam sejenak, ia lalu mengangguk, "Baiklah," ucapnya.

Inilah Alice, setelah entah sudah berapa hari sejak pertemuannya dengan Matthias, gadis itu akhirnya memutuskan untuk mendatangi Dellway, sesuai dengan undangan yang ia terima.

Merupakan pilihan yang sulit bagi Alice, gadis itu membutuhkan waktu berhari-hari untuk mengambil keputusan tentang kepergiannya ke Dellway. Ibunya pun bahkan menyarankan agar Alice pergi ke Dellway untuk mengetahui lebih lanjut tentang mendiang ayahnya.

"Tapi aku khawatir karena kau akan pergi seorang diri, apa aku tidak boleh ikut?"

Alice menghela napas, menatap Farrel sejenak, "Sepertinya akan sulit, aku sendiri izin untuk mengunjungi Ibuku. Akan sulit izin untukmu."

Farrel mengangguk, ucapan Alice ada benarnya. Akan aneh jika keduanya tiba-tiba meninggalkan Istana tanpa alasan yang jelas, amat tidak mungkin mereka akan berkata dengan jujur dengan niat mereka mendatangi Dellway.

Selesai berkemas, Alice beranjak dari tempat duduknya. Ia mengikat rambutnya rendah, mengenakan mantel, lalu menerima tas yang Farrel siapkan.

"Kau khawatir sekali?" Alice tersenyum geli melihat Farrel yang amat enggan melepaskan Alice.

Farrel mendengus, pertanyaan Alice itu bahkan tidak perlu lelaki itu jawab. Tentu saja ia khawatir. Ada banyak hal yang Alice alami akhir-akhir ini, dan sekarang gadis itu akan melakukan perjalanan cukup jauh ke suatu tempat yang belum pernah ia datangi?

Tempat yang bahkan minim petunjuk tentang bagaimana suasana, iklim, kebiasaan, dan lainnya.

Tempat yang akan Alice datangi bukanlah sebatas kota-kota yang ada di Cartland melainkan Negeri Misterius yang ada di balik pegunungan Violetta, Negeri Dellway.

Farrel melirik Alice yang berdiri di hadapannya, lelaki itu masih dalam keadaan duduk. Hingga sedetik kemudian Alice tiba-tiba mengusap kepalanya pelan, membuat debaran jantung Farrel lebih cepat daripada sebelumnya. Keduanya sempat saling bertatapan, tidak lama karena Farrel langsung menunduk, menyembunyikan pipinya yang mungkin memerah karena malu.

Lelaki itu menepis tangan Alice pelan, "Apa yang kau lakukan?" tanyanya hampir tertawa, meskipun sebenarnya ia mati-matian mencoba menahan diri untuk tidak salah tingkah.

Alice mengerjapkan matanya beberapa kali, "Ini yang kau lakukan jika aku sedang khawatir. Kau tidak menyukainya?" jawab Alice polos.

Farrel kembali mendongak, menatap mata Alice dalam sepersekian detik, ia lalu terkekeh, beranjak dari duduknya, kini berdiri di hadapan Alice. "Aku tidak mengatakan aku tidak menyukainya, tetapi biarlah itu jadi kebiasaanku."

Keduanya diam, Alice tidak lagi menjawab ucapan Farrel, pun juga lelaki itu tidak lagi berucap sepatah kata. Suasana pagi itu di ruangan Alice amat tenang dan damai, terdengar bising suara percakapan para pekerja Istana samar-samar dari kejauhan. Alice mengalihkan pandangannya, ia lalu merapatkan mantelnya, berdeham pelan.

"Baiklah, Hansel pasti sudah menanti," ucap Alice melangkah menjauh, lalu membuka pintu.

Farrel terdiam selama beberapa detik, masih terpaku oleh netra Alice yang ia pandang sebelumnya. Lelaki itu lalu berdeham pula, mengangguk dan menyusul langkah Alice.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Where stories live. Discover now