71. Kewaspadaan Disertai Kecurigaan.

87 28 0
                                    

Sudah lebih dari seminggu sejak Helena tinggal bersama Erin di salah satu desa yang ada di kota Verdandi. Jika dihitung secara keseluruhan, gadis itu sudsh meninggalkan Lindsey selama 2 minggu.

Semuanya berjalan lancar, Helena perlahan mulai memahami kebiasaan rakyat Dellway. Tuan Putri itu pun perlahan mulai beradaptasi untuk hidup seperti rakyat biasa, meski terkadang merasa kesulitan. Tetapi, tepat ketika Helena menginjakkan kakinya keluar dari Istana, gadis itu sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa apa pun yang terjadi, ia harus mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan seseorang.

Aneh dan sulit memang, tetapi jika Helena tidak pernah membiasakan diri, mungkin akan semakin sulit bagi dirinya untuk terbiasa.

"Tuan Putri — " ucapan Erin terhenti tepat sebelum ia berniat untuk mengetuk pintu ruangan Helena, karena pintu itu sudah lebih dahulu dibuka oleh Helena.

Helena menarik napas serasa memejamkan matanya, "Erin, sudah kubilang jangan panggil aku —"

"Ah, iya ..." respon Erin menunduk, belum terbiasa untuk memanggil Helena dengan nama samarannya.

Helena lalu mengangkat kedua alisnya bertanya apa maksud tujuan Erin mendatanginya. Erin mengangguk ia lalu berdeham kemudian berkata bahwa ada hal menyenangkan yang bisa Helena lakukan karena perempuan itu hendak pergi ke pusat kota Verdandi.

Tetapi alih-alih menerima ajakan Erin, Helena justru tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Aku sedang merasa sedikit pusing. Maaf, mungkin lain kali kita bisa pergi ke sana, Erin."

Tampak raut kekecewaan dalam ekspresi Erin, perempuan itu lalu menghela napas pelan, tersenyum menatap Helena, "Kalau begitu, saya pergi ke pusat kota dulu ya, Tuan Put — eh, maksud saya, Lena."

Helena mengangguk, ia terkekeh.

Tetapi sebelum Erin berangkat, perempuan itu kembali membalikkan badannya menghadap Helena, "Maaf karena harus meninggalkan anda seorang diri, kakek saya sedang pergi keluar sebentar. Tapi tenang saja, saya tidak akan begitu lama. Anda mau saya belikan apa?"

Helena mengerjapkan matanya, ia lalu mengerutkan keningnya, tidak tahu apa yang ia inginkan, "Apa saja, aku akan menerimanya."

Erin pun mengangguk senang, lalu pamit berangkat menuju pusat kota.

Di rumah tersebut, tersisa Helena seorang diri. Tetapi gadis itu memilih untuk menyibukkan dirinya dengan membuka beberapa dokumen dan perkamen yang sempat Rafaelt titipkan padanya sebelum —

Ah, Helena tidak ingin mengingatnya kembali. Itu terlalu menyakitkan.

Maka setelah menutup pintu ruangannya, Helena pun langsung membuka tas yang berisi barang bawaannya, mengeluarkan beberapa dokumen dari dalamnya dan menyimpannya di atas meja.

Waktu berlalu tanpa disadari. Dan Helena semakin tenggelam untuk membaca baris demi baris tulisan yang tertera pada kertas-kertas tersebut. Ada banyak hal yang Helena tidak pahami, seperti misalnya perjanjian pertukaran informasi yang Rafaelt tanda tangani, dokumen tentang beberapa data diri seseorang, juga beberapa perkamen yang menuliskan perihal sejarah dari beberapa keluarga yang Helena yakini merupakan keluarga bangsawan, atau mungkin keluarga terkemuka.

Banyaknya tulisan ditulis dengan bahasa Auduma, dan ada banyak pula kosakata yang Helena tidak pahami.

Entah mungkin karena beberapa kata dalam bahasa Auduma memiliki arti yang beragam, Helena tidak bisa mengartikan tulisan tersebut dengan mudah.

Matahari yang semula terik menyinari negeri Dellway yang baru saja memulai musim semi, tanpa sadar mulai condong ke arah barat. Helena tidak tahu sudah berapa lama Erin pergi atau sudah berapa lama pula ia menyibukkan dirinya.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Where stories live. Discover now