46. Kemarahan Dari Kehadiran

117 41 8
                                    

Tibalah hari yang dinantikan bagi Negeri Cartland dan Lindsey. Setelah sekian tahun berlalu, mereka akhirnya kembali melakukan perjodohan diplomatik untuk pangeran dan putri mereka.

Pernikahan seorang Pangeran dan Putri kerajaan tentulah diatur oleh negara, jarang sekali ditemui mereka menemukan pasangan dan menikah sesuai dengan keinginan mereka.

Mayoritas biasanya sedari kecil sudah disiapkan calon pengantin bagi para penerus kerajaan untuk kemudian dijodohkan ketika mereka beranjak usia dewasa nanti. Itu kenapa, meskipun ikatan pernikahan yang terjadi hanyalah perjodohan diplomatik, perasaan cinta tetap bisa tumbuh di antara mereka.

Alroy dan Yasmine sudah saling mengenal sejak kecil, beberapa kali Yasmine kecil pernah mendatangi negeri Cartland, begitu pun sebaliknya.

Dan pertunangan ini adalah hal yang amat dinanti bagi Yasmine. Gadis itu sudah menaruh perasaan pada Alroy sejak gadis itu menginjak usia remaja.

Aula utama sudah disulap sedemikian rupa menjadi tempat dengan dekorasi cantik dan megah demi merayakan pesta pertunangan yang akan diadakan beberapa saat lagi. Beberapa tamu undangan tentunya sudah bersiap mengenakan pakaian terbaik mereka.

Helena diam di tepi balkon, pagi ini suasana di Istana sudah meriah bukan main, beberapa pelayan dan pekerja istana lainnya tengah sibuk hilir mudik melakukan aktivitas mereka. Helena sudah dalam keadaan siap, kurang lebih sejak sejam yang lalu — seperti biasa Emily berhasil membuat Helena bangun bahkan lebih cepat daripada biasanya.

Tok! Tok!

Emily menoleh ke arah pintu, ia lalu membukakan pintu. Ophalia dengan gerak-gerik kikuk memasuki ruangan dengan Helena yang langsung beranjak dari tempat duduknya, menyambut kedatangan Ophalia.

"Kemarilah, duduk. Aku ingin berbincang banyak denganmu. Aku sungguh bahagia bisa bertemu denganmu lagi," ucap Helena langsung mengajak Ophalia untuk duduk di kursi hadapannya.

Ophalia mengangguk kikuk, gerakannya amat kaku karena ini adalah pertama kalinya ia dipanggil secara pribadi oleh seorang Putri kerajaan, terlebih kerajaan lain.

"Bagaimana kabarmu?" Helena memulai perbincangan.

Ophalia tersenyum kaku, "Baik, Tuan Putri. Kabar saya baik," jawabnya.

Helena manggut-manggut, binar matanya tidak bisa berbohong betapa antusiasnya Putri berambut kemerahan itu untuk berbincang ringan dengan Ophalia.

"Aku tahu ini aneh, tapi kita masih memiliki beberapa jam lagi sampai pesta pertunangannya dimulai. Kau santai saja, tidak perlu terlalu tegang," ucap Helena.

Beberapa pelayan datang menyajikan secangkir teh hangat untuk keduanya, Ophalia masih bergerak kaku, ia bingung harus bersikap bagaimana.

Sedangkan Helena juga bingung harus mengucapkan kalimat apa lagi, ia terdiam sejenak, mengalihkan pandangannya pada halaman Istana, lalu teringat sesuatu dan kembali menatap Ophalia.

"Bagaimana kabar Nona Alice?" tanya Helena, teringat tentang Alice.

Ophalia terdiam sebentar, "Baik, ia turut datang kemari," jawabnya.

Netra Helena membulat seketika, "Benarkah? Aku baru mengetahuinya, di mana ia sekarang?"

"Ia bersama rombongan para pelayan."

Helena langsung menoleh ke arah di mana Emily berada, perempuan itu langsung berjalan mendekati Helena, "Tolong panggilkan Alice Marianne ke ruanganku, ia berada di rombongan pelayan Cartland," titah Helena dibuahi anggukan patuh dari Emily.

Emily dengan sigap langsung pamit dari ruangan, tersisa hanya Ophalia dan Helena berdua saja. Benar-benar berdua.

Hal itu membuat Ophalia semakin gugup, ia meminum teh miliknya pelan demi menyembunyikan dan meredakan rasa gugupnya tersebut.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Where stories live. Discover now