57. Mimpi Yang Tak Seperti Mimpi

101 32 2
                                    

Matahari sudah tenggelam sejak satu jam yang lalu, berganti rembulan yang menemani langit musim dingin dari negeri Dellway.

Suasana di kediaman keluarga Atwood kini semakin hangat terlebih mereka yang sudah menyiapkan acara penyambutan sederhana untuk Alice yang masih bagian dari keluarga bangsawan ini.

Alice duduk di salah satu sofa, dengan pakaian yang telah berganti menjadi gaun sederhana. Selang beberapa jam Alice memejamkan matanya, gadis itu terbangun lalu dihadapkan dengan beberapa pelayan yang tiba-tiba sudah hadir di dekat tempat tidurnya, siap untuk membantu Alice agar segera bersiap.

Rasanya seperti mimpi. Persis seperti apa yang sering Alice lihat selama ia tinggal di Cartland. Bagaimana para pelayan membantu para bangsawan untuk bersiap, pakaian menawan yang sudah terpilih, riasan lengkap yang bisa digunakan.

Kini Alice justru merasakan pengalaman itu. Jantung Alice berdegup kencang, rasanya ia seolah ingin terus menerus tersenyum.

"Mari, Nona, kami bantu anda untuk bersiap. Nyonya Vivienne meminta kami untuk membantu Nona agar tampil semenawan mungkin," ucap salah satu pelayan saat itu.

Alice pun akhirnya mengangguk menyetujui, walau masih tetap terasa canggung karena gadis itu belum terbiasa dengan apa yang ia alami kini.

Kembali pada keadaan kini. Alice hanya bisa duduk di salah satu sofa dengan senyum dan pandangan yang canggung. Punggung gadis itu menegak, amat kentara bahwa Alice merasa kaku dengan orang-orang di sekitar.

Siapa yang akan menyangka bahwa rumah luas ini ternyata menampung keluarga besar Atwood. Matthias sempat berkata bahwa ada beberapa keluarga yang sudah tinggal di sini karena berbagai sebab juga alasan, tidak terbayang sebanyak apa jika seluruhnya tinggal di tempat ini.

Matthias berada di ujung ruangan, berbincang dengan seorang lelaki—yang masih bagian dari keluarga Atwood, beberapa kali kerap terkekeh, beberapa kali mengangguk mendengarkan. Penampilan lelaki itu pun kini sudah lebih baik, entah kapan ia berganti pakaian dan berias, Alice tidak tahu. Tetapi yang jelas, Matthias kini telah memakai setelan pakaian rapi dengan rambut yang telah tersisir ke belakang, wajahnya pun lebih cerah daripada sebelumnya.

Alice masih ingin memperhatikan Matthias, sampai ujung netranya secara tidak sadar menangkap sinar tidak tampak dari tatapan tajam yang dilayangkan ke arahnya. Louis berdiri di sofa tak jauh dari hadapannya, dengan bersedekap tangan, memperhatikan Alice terang-terangan.

Gadis itu pun secara tidak sengaja langsung menatap balik Louis, bocah laki-laki itu sempat tersentak lalu membuang muka dan sempat mendengus. Alice hanya tersenyum tipis melihatnya.

Lihat siapa yang kini terkejut. Tentu bukan Alice karena gadis itu sudah tahu lebih dulu.

Louis sepertinya mulai merasa tidak nyaman karena ia sadar tengah ditatap balik oleh Alice secara terang-terangan, bocah itu menarik napas dalam, siap untuk berbicara, sampai pintu ruangan pun terbuka, Neneknya serta Ayahnya juga Ibunya mendatangi ruangan dengan senyum yang mengembang sempurna.

"Hey, sobat," sapa Kent — kakak Louis — yang entah datang dari mana langsung duduk di sampingnya dan merangkulnya.

Louis hanya melirik sekilas, ia mengerucutkan bibirnya. Membuat Kent terkekeh geli. Lelaki itu lalu melirik ke arah Alice yang duduk tak jauh di hadapannya kini sudah beranjak dan berbincang dengan kedua orang tuanya.

"Kau percaya gadis itu adalah sepupu kita?" tanya Kent lalu menyeringai.

Louis terdiam, ia memperhatikan Alice lamat-lamat, "Entahlah. Memangnya kau tidak percaya?"

Kent mendongak, mati-matian menahan untuk tidak tertawa keras, lelaki itu lalu mengeratkan rangkulannya pada Louis, adiknya tercinta itu, kemudian berbisik, "Menurutmu?" Ia lalu kembali melirik Alice, "Kita bahkan sebelumnya belum pernah mendengar bahwa Paman Nirn mempunyai anak."

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Where stories live. Discover now