13. Menyangkal Untuk Menerima

279 82 12
                                    

Ophalia menatap balik Lord Sebastien. Pria tua itu masih memandang Ophalia remeh. Sungguh, itu benar-benar membuat Ophalia sedikit tidak nyaman. Tak hanya terus memandangi Ophalia, pria itu juga terus memandang Andreas tidak suka.

Baik Andreas dan Ophalia, akhirnya memilih untuk tak peduli dan fokus memperhatikan peta yang ada di meja.

Rapat masih berjalan. Beberapa sedang berdiskusi kecil membahas mengenai saran dan kritik untuk perang yang masih berlangsung. Hingga seorang prajurit tiba-tiba memasuki ruangan tanpa permisi. Ia membungkuk hormat dengan buru-buru.

"Mohon maaf atas kelancangan saya, Yang Mulia Raja. Akan tetapi, saya telah mendapat kabar penting yang berasal dari mata-mata kita."

Raja mengangguk, mempersilahkan prajurit itu menjelaskan kabar apa yang ia terima. Seluruh tatapan mengarah prajurit tersebut.

"Sang Bayangan telah mengirim surat sesuai dengan kode. Ia mengatakan bahwa selama tiga pekan ini, Kleypas tidak berada dalam komando Prince Jeffrey langsung. Ia berada di Lindsey," ucap prajurit itu lantang. Membuat beberapa orang yang mendengar sontak terkejut dan mulai berdiskusi satu sama lain.

Raja yang mendengar terdiam, rahangnya mengeras tampak menahan amarah. Ia mempersilahkan prajurit itu untuk undur diri. Beberapa menit setelahnya, tanpa diduga, Raja Stewart menggebrak meja.

Aaron yang berada di sisinya menatap kosong ke arah meja. Ia tahu bahwa ayahnya ini memiliki temperamen yang mudah tersulut apalagi mengenai kabar yang datang dari mata-mata Cartland.

Benar, Cartland memiliki mata-mata tersembunyi di antara Kleypas. Salah satu yang kerap memberi tahu sebuah kabar penting adalah Sang Bayangan, itu sebutannya.

"Yang Mulia. Itu berarti, kekalahan kita di medan perang beberapa pekan lalu bukanlah di bawah—" Salah seorang Duke.

"Diam," potong Raja dingin.

"Yang Mulia. Menurut saya, Kleypas memiliki motif tersembunyi. Mengapa pula Putra Mahkota mereka berada di Lindsey? Selama tiga minggu?" tanya Aaron tidak paham.

Benar juga. Selama tiga pekan Putra Mahkota berada di Lindsey. Sedangkan baik Aaron dan Raja baru saja dua pekan berada di Cartland. Itu berarti, selama sepekan Aaron dan Raja berada di Villia, mereka tidak melawan Kleypas yang sedang berada di bawah komando Jeffrey.

"Tanpa komandan mereka saja sudah sekuat itu. Kemungkinan apabila kita kembali ke Villia, Kleypas sudah kembali berada di bawah perintah Jeffrey. Akan sekuat apa mereka?" Raja menggigit bibirnya frustrasi. Kemunculan Jeffrey Tedder selama beberapa tahun ini memang memberikan pukulan hebat bagi Cartland.

Wajar jika penguasa negeri hijau ini merasa frustrasi. Oleh musuh yang bahkan seusia Putra Mahkota nya sendiri.

"Yang Mulia, saya ingin memberi saran mengenai strategi yang bisa kita lakukan untuk menyerang Kleypas," ucap Andreas memecah suasana tegang. Raja menatap Andreas lama, kemudian mengangguk mempersilahkan.

"Menurut saya, mungkin saja selama tiga pekan ini, Putra Mahkota Kleypas telah memberikan komando kepada pasukan Kleypas. Akan tetapi, ketidakhadiran seorang pemimpin tentu akan berpengaruh, meskipun pasukan tersebut memang dilatih untuk cepat tanggap," Andreas mengarahkan jari nya tepat ke arah Villia, dekat simbol dua pedang yang saling bersilangan—bermakna daerah berperang. "Kalau saya boleh tahu, bagaimana kondisi di Villia dua minggu yang lalu."

Semua pasang mata memperhatikan Andreas. Menunggu ucapan apalagi yang akan lelaki itu ucapkan. Akan tetapi, tak ada dari mereka yang mau menjelaskan kondisi Villia dua minggu yang lalu. Hampir seluruhnya merasa ragu untuk bersuara.

Hingga Aaron pun berdeham dan mulai menjelaskan secara rinci. Pada dua minggu yang lalu, ketika Raja dan Aaron mendatangi wilayah perbatasan antara Villia dan Varsyn. Terdapat beberapa kejadian yang lagi-lagi tidak bisa ditebak oleh Cartland. Diantaranya, "Hal yang paling mengejutkan adalah, saat para serdadu mulai berjalan mendekati medan perang. Banyak anak panah tiba-tiba melesat bagai hujan, menghujam para prajurit, baik para infanteri dan kavaleri. Panah-panah itu disertai racun. Dan banyaknya menyerang lengan para prajurit. Menyebabkan tangan-tangan para prajurit mati rasa dalam hitungan detik. Itu tidak mematikan, akan tetapi membuat kita mau tak mau mundur."

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя