19. Kejutan Tidak Menyenangkan

188 56 11
                                    

Andreas mendapati Ophalia dalam kondisi hampir basah kuyup, persis seperti dirinya yang selama setengah jam ini berdiri seorang diri di bawah pohon tempat ia berpisah dengan Ophalia.

Gadis itu datang dengan wajah yang tampak pucat, terlalu terkejut dengan apa-apa yang ia lihat di ujung sana. Andreas hanya bisa menghela napas menyambut gadis itu. Sedangkan Ophalia justru memberikan tatapan nanar.

"Bagaimana kita memecahkan semua ini?" lirih gadis itu setibanya ia di depan Andreas.

Lelaki itu hanya memandang Ophalia diam, tak menjawab. Nyatanya Andreas sendiri juga sedari tadi sibuk memutar otak berpikir segala cara untuk memecahkan pengkhianatan yang terhitung cukup besar ini.

Kemungkinan yang lelaki itu pikirkan adalah, selama ini banyak beberapa prajurit yang tewas terbunuh tanpa diketahui penyebabnya, tak ada pencarian, tak ada penyelidikan. Itu wajar karena jumlah prajurit yang ada di kamp bahkan hampir ribuan, sangat sulit untuk menyadari hilangnya satu atau dua dari prajurit itu sendiri.

Andreas juga sempat melihat data orang-orang yang menetap dan tinggal kamp, siapa saja yang ada di sini, nama-nama hingga asal tempat juga alasan mereka mengabdikan diri demi memperjuangkan Villia atas nama Cartland.

Banyak hal janggal dalam data tersebut, tapi tak ada yang menyadarinya. Tatkala lelaki itu bertanya pada salah satu pengurus mengapa ada perbedaan antara data yang ada di Istana dengan data yang sebenarnya ada di sini, mereka hanya menjawab itu kesalahan kepenulisan.

Padahal untuk data penting seperti ini, kesalahan barang titik koma bukanlah hal yang patut dijadikan wajar.

Keduanya diam sibuk dalam pikirannya masing-masing. Sampai Ophalia akhirnya menoleh tatkala Andreas memilih untuk meninggalkan tempat itu, berjalan mendahului Ophalia.

Gadis itu akhirnya mengekor, menunduk memperhatikan tanah yang ia pijak sudah basah dengan air hujan.

"Ophalia," panggil Andreas bersamaan dengan langkahnya yang terhenti. Ophalia mendongak melihat punggung Andreas yang terdiam, gadis itu diam menanti ucapan Andreas selanjutnya.

"Cari Robin, hanya dia kunci yang kita miliki," sambung lelaki itu.

"Bagaimana jika ia tidak mau bercerita? Ia bahkan takut denganku," sahut Ophalia, Andreas di depannya memutar badannya langsung menghadap Ophalia.

"Ia hanya pemuda ringkih. Kau paksa, ia mau tak mau harus menurut," ucap Andreas kemudian langsung meninggalkan Ophalia.

Gadis itu terdiam, memikirkan segala cara untuk membuat Robin angkat bicara tentang apa yang terjadi semalam sejak ia menyimpan kotak-kotak tersebut ke tenda yang terasingkan itu. Sampai ia pun menyadari sesuatu yang belum sempat Ophalia ceritakan pada Andreas.

Perihal obat-obatan yang dikubur sengaja disembunyikan.

Ophalia menunduk melihat saku celana miliknya yang menyimpan pil-pil buatan Alice yang telah gadis itu ambil kembali dari peti berukuran sedang yang terkubur tadi.

"Ah!" seru Ophalia tertahan, pada detik berikutnya gadis itu pun langsung berlari masuk wilayah kamp, mencari keberadaan Robin.

Ophalia baru menyadari bahwa beberapa saat sebelum ia pergi menjauh dari wilayah kamp, ia menjumpai Robin tengah membawa beberapa pil buatan Alice atas perintah Evan, ada kemungkinan bahwa Robin bisa saja menimbun pil-pil tersebut hanya untuk disembunyikan tanpa sepengetahuan Evan.

Wilayah kamp tidak seramai biasanya, mungkin karena hari sedang turun hujan sehingga beberapa memilih untuk berkumpul dan mengistirahatkan diri di dalam tenda. Ophalia menoleh ke sekitar seraya menebak di mana kira-kira Robin sekarang berada, sampai ia pun menjumpai Evan tengah berdiri tak jauh dari tenda Aaron.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Where stories live. Discover now