72. Teka-teki Secarik Kertas

103 27 3
                                    

Sudah tiga hari sejak Raja Roseline ditemukan tidak sadarkan diri, dan kondisinya pun kian lama kian melemah. Keamanan di Istana otomatis diperketat, dan rumor-rumor pun perlahan mulai terdengar hingga telinga rakyat, bahwa Raja mereka tengah tidak sadarkan diri.

Ophalia berjalan menyusuri lorong istana setelah sebelumnya ia mendatangi kantor pusat Guardian yang memang berada di salah satu sayap dari istana ini. Dengan mata yang sedikit berat, gadis itu mencoba untuk tetap menjaga kesadarannya meskipun rasa kantuk membuatnya tidak bisa fokus secara sepenuhnya.

Semalaman gadis itu tidak tertidur, tidak pula kembali ke asrama. Ia melakukan tugasnya dalam berjaga selama seharian penuh tanpa tertidur, hanya berpindah tempat sesekali, tetapi kembali menetap di tempat jaga.

Setelah tugas tersebut, Ophalia diperkenankan untuk beristirahat selama seharian pula, bayaran yang setimpal atas pekerjaan yang telah ia lakukan. Gadis itu sudah berniat untuk mampir ke kota Evaleen, kota di mana ia dilahirkan sekaligus tempat di mana keluarganya berada.

Ophalia tidak ingat persis kapan terakhir kali ia berjumpa dengan kedua orang tuanya dan kedua kakak laki-lakinya itu.

Gadis itu akhirnya telah keluar dari bangunan paling megah yang dimiliki oleh Roseline. Hari sudah malam bahkan sudah memasuki waktu terlelap untuk tertidur. Hingga ketika gadis itu tengah menutup mulutnya sebab menguap, pandangannya yang sempat mengabur secara tidak sengaja justru menangkap sekelebat bayangan baru saja lewat tepat di hadapannya.

Merasa penasaran atas sosok misterius itu, Ophalia pun memutuskan untuk mengikuti langkahnya secara diam-diam. Dari punggung yang terlihat, jelas ia adalah seorang laki-laki yang mengenakan jubah sekaligus dengan tudungnya, berwarna hitam persis seperti langit malam. Sebuah cara berkamuflase yang tepat bagi seseorang yang tidak ingin diketahui identitasnya di malam hari.

Ophalia terus mengikuti sosok itu, berjarak sekitar beberapa langkah, gadis itu terus mengekorinya tanpa menghasilkan suara sedikit pun. Hingga tatkala sosok itu pun mulai memasuki daerah yang familier bagi Ophalia, gadis itu mengerutkan keningnya.

Ke mana sosok ini akan pergi? Dan apa yang akan ia lakukan.

Langkah demi langkah, Ophalia semakin curiga atas gerak kaki yang dilakukan oleh sosok tersebut perlahan justru menuju ke arah asrama para guardian.

Siapa dia? Mengapa ia menuju ke asrama? Apakah ia guardian?

Gerak-geriknya jelas menunjukkan bahwa ia bukanlah guardian. Lelaki itu tidak mungkin berjalan dan bersembunyi seperti itu jika memang ia adalah guardian. Tingkahnya pun mencurigakan, ia terus menunduk sembari beberapa kali menoleh ke sekitar.

Ophalia akhirnya memilih untuk menangkap sosok tersebut. Entah apakah ini tindakan gegabah ataukah tidak, Ophalia harus menangkap dan mengungkap siapa sosok bertudung itu.

Hingga ketika sampai di depan halaman gedung asrama, sosok bertudung itu justru memilih untuk berjalan memutar, sepertinya hendak menuju gerbang belakang. Akses yang lebih mudah untuk seorang penyusup.

Sepertinya ia amat mengenal tata letak dari bangunan asrama ini. Bangunan di mana Ophalia dan beberapa guardian aktif lainnya tinggal sementara.

Tatkala gerbang belakang pun terlihat, sosok itu mempercepat langkahnya agar segera tiba dan memasuki halaman asrama. Ophalia menggigit bibir bawahnya, ragu apakah ia bisa menangkap sosok tersebut ataukah tidak. Selama beberapa langkah, Ophalia melirik ke arah tembok rendah dengan pagar besi yang menjadi pembatas dari halaman asrama dan jalanan luar.

Menghentikan langkahnya, Ophalia menatap sosok bertudung itu terus berjalan menjauh dan hendak menuju gerbang tersebut. Ophalia pun akhirnya memilih untuk memanjat tembok tersebut dalam sekali hentakan. Untuk seorang wanita, pagar besi ini cukup sulit untuk dipanjat, lain halnya jika ia adalah seorang laki-laki.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang