69. Kecemasan Berlebih

93 28 1
                                    

Ophalia menatap jasad pria di hadapannya dengan netra yang bergetar, tak perlu waktu lama bagi gadis itu lalu menjatuhkan sebilah pedang miliknya yang telah tanpa sengaja menusuk perut dari si pria tersebut.

Bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah semua berjalan cukup lancar dan damai ketika Ophalia dan Alice meninggalkan Dellway?

Benar. Semua itu berjalan lancar dan aman, tidak sampai kereta yang mereka tumpangi mulai meninggalkan kawasan Dellway dan memasuki wilayah pegunungan Violetta.

Hal lain yang membuat beberapa orang di tanah Auduma ragu untuk menyebrangi pegunungan Violetta di antaranya karena jalanan terjal yang mesti ditempuh, lembah-lembah yang cukup curam, serta keselamatan yang tidak begitu terjamin.

Entah sejak kapan, melewati lembah di pegunungan Violetta justru dihantui rasa cemas akibat beberapa perompak atau bandit yang kerap mengintai dari hendak menjalankan aksinya.

Keamanan di daerah pegunungan tersebut pun cukup rawan. Mereka para bandit itu yakin bahwa siapa pun yang melewati pegunungan Violetta tentunya membawa cukup harta berlebih untuk bisa direbut paksa.

Entah sial bagi mereka, atau justru bagi Kai hari ini. Bandit itu justru mencoba untuk mencegat dan merampok harta dan barang dagangan yang Kai bawa. Tetapi tentu saja segerombolan pria dengan pakaian kusut dan wajah menyeramkan itu tidak pernah terpikirkan sebelumnya, bahwa aksi mereka yang mencoba untuk menakut-nakuti rakyat atau bangsawan biasa justru tidaklah berpengaruh, karena Ophalia justru langsung turun dari kereta dan menarik pedangnya tanpa terlihat rasa takut.

Para pria itu sempat terkekeh, mungkin karena mereka merasa remeh melihat seorang wanita dengan begitu tidak takutnya justru turun dari keretanya dan mencoba melawan mereka.

Mereka tidak tahu bahwa yang mereka hadapi adalah guardian.

Dan Ophalia pun tak sadar bahwa perjalanannya di luar dari misi yang ia jalankan.

Semua berlangsung begitu cepat. Alice memandang Ophalia dengan pandangan khawatir sekaligus cemas, sampai netranya menangkap adanya anak panah yang melesat dari kejauhan hendak mengenai Ophalia, gadis itu berseru meminta Ophalia untuk menghindar.

Perkelahian pun terjadi, para bandit itu mulai mengeluarkan senjata tajam mereka, entah itu pisau, belati, atau bahkan pedang murah sekalipun. Ophalia menangkis seluruh serangan mereka, dengan gerakannya yang gesit, Ophalia mendesak mereka untuk melangkah mundur.

Entah sejak kapan Kai yang sudah telanjur ketakutan dan bergemetar hebat itu pun bersembunyi di balik salah satu pohon, sedangkan Alice justru menghilang mencoba mencari sosok pemanah yang sebelumnya melepas anak panah ke arah Ophalia.

Denting pedang terdengar cukup nyaring, para bandit itu mulai kehabisan tenaganya, mereka melangkah mundur kemudian saling pandang mengirim isyarat untuk menyerang Ophalia bersamaan, tidak memberikan ruang gerak yang cukup bagi gadis itu untuk menyerang mereka.

Sedangkan Ophalia sudah terengah-engah kelelahan karena harus melawan lebih dari lima orang sendirian tanpa bantuan sedikit pun.

Di sisi lain, Alice telah menemukan sosok pemanah yang bersembunyi cukup dalam di balik pepohonan. Dengan segenggam batu yang ia ambil dari tanah, dan degup jantung yang cukup takut dan ragu, Alice melempar batu tersebut ke arah pria yang sedang memegang busur dan hendak melepas anak panah itu. Batu itu berhasil mengenai kepalanya, cukup untuk membuat pria itu kemudian tak sadarkan diri, tetapi anak panah yang hendak ia lepaskan sudah telanjur melesat dan mengenai pelipis Ophalia meski hanya terkena segaris.

Alice pun dengan cepat langsung mengambil busur dan beberapa anak panah milik si pria pemanah itu. Segera bersiap menyerang para bandit yang tengah berhadapan dengan Ophalia, jemari gadis itu bergetar hebat sulit untuk mengarahkan anak panahnya tepat pada sasaran.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang