48. Serpihan Kenyataan Yang Terungkap

108 43 9
                                    

Suasana Cartland kembali seperti biasa. Pertunangan yang terjalin dengan Kerajaan Lindsey berhasil diadakan dengan lancar tanpa kendala sedikit pun.

Sudah tiga hari sejak kembalinya rombongan Cartland, dan Alice berniat untuk kembali mengunjungi Ibunya di pinggiran kota Adaire.

Tok! Tok!

Alice menoleh ke arah pintu, ia lalu berjalan mendekat dan membuka pintu tersebut. Bunyi derekan dari gesekan pintu terdengar seiring dengan sosok Ophalia yang tampak di balik pintu.

"Hai," sapa Ophalia, ia lalu meminta izin untuk memasuki ruangan Alice. Alice tersenyum, kemudian mengangguk, mempersilakan Ophalia agar segera masuk.

Ophalia melihat satu tas berukuran sedang teronggok di kursi. Jelas itu adalah barang bawaan yang akan Alice bawa untuk pulang ke rumahnya.

"Hanya ini?" tanya Ophalia.

Alice tengah kembali berkutat membereskan beberapa obat-obat dan tanaman herbal ketika Ophalia bertanya demikian, ia menoleh lalu mengangguk, "Aku tidak akan lama, hanya memeriksa keadaan Ibuku, kuharap ia bisa merawat diri dengan benar di musim dingin ini."

Ophalia mengangguk, mengerti maksud Alice. Gadis itu lalu berjalan mendekati Alice, "Kau sungguh tidak apa, mengajakku?"

Alice mengangguk, seraya memasukkan beberapa tanaman herbal ke dalam kotak penyimpanan. Ia lalu memutar badannya dan menghadap Ophalia. "Tidak apa, Ibuku mungkin senang jika bertemu orang Roseline."

Kening Ophalia berkerut, "Memangnya apa yang istimewa dari orang Roseline?"

Alice mengedikkan bahunya, "Entahlah, kau lebih mengetahuinya."

Selepas itu, Alice langsung beralih pada meja yang lain, membereskan semua peralatan miliknya. Karena ia akan meninggalkan ruangan ini selama kurang lebih 3 hari 2 malam, tentu ia tak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan, bukan?

Untuk beberapa obat yang kerap digunakan di saat darurat, Alice sudah menitipkannya ke Daphne, biar dia yang mengurusnya. Alice percaya untuk 3 hari ke depan, tidak akan ada hal buruk yang terjadi, tapi berjaga-jaga tetap harus dilakukan.

Ophalia memandang punggung Alice selama beberapa detik, ia lalu mengalihkan pandangannya, memperhatikan setiap sudut dari ruangan ini.

Alice akan berangkat sejam lagi, menuju salah satu desa yang berada di pinggiran kota Adaire, bersama dengan Ophalia. Alice sengaja mengajak Ophalia, meskipun ia sendiri tidak tahu alasan jelasnya.

Sejak kejadian Alice di Lindsey dengan Putri Yasmine, gadis itu tidak bisa menenangkan pikirannya. Ia selalu tenggelam dalam perasaan bersalah dan itu akan semakin membuat dirinya merasa semakin buruk. Ophalia tidak mengetahui kejadian itu, karena ia tidak ada di tempat.

Tetapi tentu Ophalia menyadari perubahan yang terjadi pada diri Alice. Alice lebih banyak menghabiskan waktu di ruangannya, ia bahkan tidak terlalu sering bertemu dengan Farrel. Alice benar-benar menyembunyikan dirinya, ia masih mencoba berbaikan dengan dirinya sendiri.

Alice bahkan merasa tidak berani untuk kembali menunjukkan wajah di depan Pangeran Alroy. Setelah kejadian itu, Alroy tidak lagi mendapati keberadaan Alice. Tentu lelaki itu merasa bersalah terhadap Yasmine dan Alice.

Tetapi Alice memilih untuk terus menghindar.

Melihat Alice yang masih bersiap, Ophalia akhirnya berjalan menghampiri pintu, "Aku akan menyiapkan kudanya. Kau tidak masalah jika kita menunggangi kuda?"

Alice menoleh sekilas, "Jangan pakai kuda."

Kening Ophalia berkerut, "Eh, lalu?"

"Kita akan jalan sebentar ke pasar. Biasanya selalu ada kereta gerobak yang mengantar menuju pinggiran kota."

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Where stories live. Discover now