60. Penulis Kidal

103 32 7
                                    

Sudah dua hari sejak kembalinya Alice ke Cartland. Farrel amat senang menyambut gadis itu tiba di Istana. Dan begitulah Alice pun kembali pada kesehariannya seperti biasa.

Berat rasanya meninggalkan Dellway setelah hampir sepekan Alice menetap di sana. Ada banyak sekali kerabat yang mengajaknya berbincang, bahkan neneknya pun hampir setiap malam selalu mengajak Alice untuk minum teh bersama di ruangannya.

Untuk pertama kalinya Alice merasakan bagaimana rasanya memiliki keluarga besar. Karena keluarga dari pihak Ibunya justru entah mengapa seolah terpecah dan berpencar ke berbagai tempat. Ibunya pun tidak begitu sering mendatangi sanak saudaranya, membuat Alice pun merasa asing terhadap mereka yang nyatanya masih bagian keluarga.

Untuk nenek dan kakeknya dari pihak Ibu, Alice tidak mengenal mereka, karena Ibunya sama sekali belum pernah mengajaknya untuk berkunjung. Tetapi Elizabeth pernah berkata pada Alice bahwa nenek dan kakeknya itu pernah bertemu dengan Alice ketika gadis itu masih amat belia, itu mengapa Alice sama sekali tidak mengingatnya.

Kakek dan nenek Alice wafat di jarak waktu yang berdekatan ketika Alice masih kecil. Mungkin beberapa tahun sejak Ayahnya tak lagi pulang - dinyatakan gugur. Sehingga Alice pun besar hanya dengan Ibunya, begitu pun Elizabeth yang hanya memiliki Alice.

Alice memiliki niatan untuk mengunjungi Ibunya, tetapi ia masih belum tahu kapan niat itu akan terlaksanakan. Ia baru saja izin mengambil cuti dengan alasan menjenguk Ibunya, meski nyatanya ia justru mendatangi Dellway. Amat aneh jika dalam waktu dekat ini Alice lagi-lagi mengajukan cuti untuk bertemu dengan Ibunya.

Tok! Tok!

Suara ketukan terdengar, Alice yang tengah duduk diam menghadap meja sontak menoleh ke arah pintu. Farrel membuka pintu, memasuki ruangan dengan Ophalia di belakangnya.

Farrel berjalan mendekati salah satu meja, lalu meletakkan dua botol anggur.

"Apa itu?" tanya Alice, tak biasanya Farrel datang membawa alkohol, terlebih itu adalah anggur merah.

"Bibi Jess memberikan ini, aku ingin menitipkannya di sini. Satu botol untukmu, satu botol untukku," jawab Farrel.

Alice mengangguk, "Taruh saja di sana. Lagi pula aku tidak suka minum," ucapnya. Alice lalu menoleh menyadari keberadaan Ophalia.

"Kudengar kau mengunjungi Ibumu?" tanya Ophalia memulai percakapan, duduk di salah satu kursi dekat Alice.

Alice melirik ke arah Farrel, sedang Farrel hanya mengedikkan bahunya, lalu pamit pergi. Tujuan lelaki itu hanya untuk menyimpan 2 botol anggur pemberian dari Bibi Jess, seorang pembuat anggur yang terkenal di Ibukota.

Tersisa Ophalia dan Alice. Sepertinya Ophalia tidak tahu dan tidak diberitahu oleh Farrel terkait kepergiannya ke Dellway. Hal itu membuat Alice terdiam, ia ragu untuk bercerita atau tidak.

Alhasil Alice pun hanya mengangguk pelan, tidak berucap benar ataupun tidak apa sapa yang Ophalia tanyakan tersebut. Ophalia mengangguk begitu melihat respons dari Alice, gadis berambut pirang pucat itu pun terdiam sejenak merasa ingin menceritakan sesuatu tetapi ia merasa ragu.

"Bagaimana situasi di Lindsey?" tanya Alice, mengingat bahwa Ophalia baru saja tiba dari Lindsey beberapa hari yang lalu ketika Alice masih berada di Dellway.

Ophalia mengangkat kedua alisnya, ia lalu mengedikkan kedua bahunya, "Tidak ada yang berubah, masih indah seperti Lindsey."

Jawaban Ophalia membuat Alice menganggukkan kepalanya, gadis itu lalu menyandarkan punggungnya dan menarik napas melirik ke arah Ophalia. "Sebenarnya kemarin aku pergi ke Dellway," ucap Alice akhirnya memberi tahu yang sebenarnya.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora