75. Perubahan Keterkejutan

110 29 2
                                    

Helena menatap aula dansa dengan pandangan malas. Perasaannya kini sedang tidak menentu, terlebih setelah kemarin gadis itu lagi-lagi menerima surat asing misterius yang berisikan penawaran yang amat menggiurkan.

Kebebasan yang ditawarkan.

Apa pun itu, Helena bahkan sudah lelah dengan sebutan tuan putri yang melekat pada dirinya. Katakanlah gadis itu kini merasa tidak bersyukur, tetapi kehidupan di istana nyatanya tidaklah seindah yang dibayangkan.

Ada banyak tali kekang serta besi yang melingkar membentuk sangkar di sekitarnya. Alih-alih menyibukkan diri untuk bersyukur dan menikmati kehidupannya, Helena justru kian lama kian kehilangan arti dari kehidupan.

Apakah hari-harinya akan terus datar dan membosankan seperti ini? Hitam putih tanpa warna, saturasi rendah pada dunia yang gadis itu tatap.

Melirik ke kanan dan kiri, Helena menghela napas pelan. Jeffrey sedang pergi sejenak meninggalkan dirinya. Lelaki itu berkata tak akan lama, karena pesta sebentar lagi akan dimulai.

Entah kesibukan macam apa yang Putra Mahkota Kleypas itu jalani, sering sekali membiarkan tunangannya ini seorang diri tanpa arah dan tak menentu di ruangan asing juga suasana tak familier.

Helena berdiri di salah satu sudut ruangan, dekat dengan pintu utama, tetapi bersembunyi di antara kerumunan orang. Gaun berwarna ungu gelap dengan ornamen hitam, rambut yang digelung dengan kepangan rumit serta topeng dengan warna yang senada dengan gaunnya berhasil menutup rupa dari sekitar mata gadis berambut kemerahan tersebut.

Ini adalah pesta topeng. Dan di pesta ini, beberapa orang tidak begitu peduli terhadap siapa saja yang mereka temui karena privasi serta identitas tersembunyi. Bahkan meskipun beberapa orang menyadari identitas sebenarnya dari lawan bicara mereka, itu akan tetap menjadi rahasia.

Pesta ini didatangi oleh orang-orang terkemuka. Para bangsawan kelas atas, pengusaha dan pebisnis sukses yang ada di Kota Ouva.

Dengan segelas wine berkualitas tinggi, Helena memegang gelas tersebut dengan satu tangan yang memegang kipas miliknya.

Irama alunan musik klasik mulai terdengar. Ritme yang tepat antara alunan biola serta piano dan alat musik lainnya perlahan berhasil menciptakan lagu yang amat indah untuk didengar. Pesta pun dimulai.

Helena menunduk, menatap bawahan gaunnya yang mengembang sempurna hingga menutupi kakinya.

Membosankan.

Hingga seorang lelaki dengan pakaian serba hitam dengan sentuhan tipis berwarna perak pun mendekati Helena. Parasnya tertutup oleh topeng berwarna hitam yang menyembunyikan bagian mata, rambut pirangnya disisir rapi.

Jeffrey berdiri di sebelah Helena, tak berbicara apa pun.

"Kau tidak berbincang dengan siapa pun?" Jeffrey melontarkan pertanyaan.

Tanpa menoleh, Helena tersenyum tipis, "Memangnya dengan siapa aku harus berbincang?"

Jeffrey terdiam, ia enggan menjawab pertanyaan Helena. Lelaki itu tentu sadar perubahan dalam diri Helena sejak gadis itu kembali dari Negeri Dellway.

Hiza mengatakan hal tersebut pada Jeffrey. Bahwa Helena sudah bersiap pada segala perubahan di Lindsey, dan ia akan menurut untuk sementara waktu, mengaku mengalah tetapi tidak benar-benar merasa kalah.

Itulah yang Hiza lihat dari pikiran Helena.

Benar, anak buah Jeffrey yang satu itu bukanlah sebatas lelaki biasa. Ia adalah anak buah Jeffrey yang cukup berharga, dan langka.

Apa katanya? Jeffrey pernah mendengarnya dari sebuah legenda. Ah, orang-orang dengan kemampuan lebih, yang konon katanya mendapatkan anugerah — entah dari mana.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant