02. Berita Kedatangan

884 242 33
                                    

Gadis dengan gaun elegannya yang berwarna peach tersebut berjalan dengan anggun menyusuri lorong istana. Tepat ketika ia sampai di depan pintu dengan aksen ukiran rumit nan megah, sang pengawal pun membukakan pintunya.

Tampak di sana seorang pria berwibawa tengah berkutat pada perkamen-perkamen penting kerajaan. Melihat pintu terbuka menampilkan Helena, pria itu mendongak dan tersenyum.

Helena menunduk pelan, kemudian menghampiri ayahnya.

"Kemarilah, nak," panggil Raja Braun hangat.

Dengan langkah tenang, Helena mendekat. Ayahnya lalu beranjak dari kursi kerjanya lalu mengajak anak gadisnya tersebut untuk duduk di sofa yang tak jauh dari meja kerjanya.

"Ada apa ayah memanggilku?" tanya Helena pelan. Seorang pelayan pun datang menyajikan secangkir teh rosella untuk Helena dan kopi hitam untuk raja.

"Kurasa kakakmu sudah memberi tahumu, nak," jawab Raja seraya menyesap kopi hitam miliknya.

"Maksudku, perihal apa gerangan?" Helena menyesap teh miliknya. Teh rosella, kesukaannya.

"Tentang Kleypas tentunya. Kurasa Bill sudah memberi tahumu? Hm?"

Helena tersenyum manis mendengar pertanyaan ayahnya. "Ayah," panggil Helena memelas. Dibalas gelak tawa dari ayahnya.

"Terlalu sibuk mengurusi dokumen-dokumen dan perkamen negeri. Aku sampai baru sadar bahwa kau sudah sebesar ini."

Helena hanya menunduk, mendengarkan sang ayah yang mulai bercerita tentang betapa cepatnya waktu berlalu.

"Helena. Pangeran Jeffrey akan datang kemari."

Helena mendongak, mendengar ucapan sang ayah berhasil membuat gadis itu mengernyit. Dari yang Helena ketahui, Putra Mahkota milik Negeri Kleypas merupakan panglima perang tiada ampun. Tentunya ia bukan tipikal lelaki yang senang bertamu di kerajaan orang lain, kecuali untuk —

"Begitukah? Maksud ayah —"

"Hm. Tapi ayah belum tahu betul apa gerangan maksudnya untuk datang kemari. Kemungkinan besok ia akan datang. Bersiap-siaplah. Jangan berbuat hal yang aneh-aneh, walau ayah yakin anakku yang satu ini hanya akan mematung malu setiap kali ada tamu penting kerajaan," sambung Raja Braun kemudian mencubit hidung Helena pelan.

Helena yang mendengarnya hanya tersenyum kemudian mengangguk.

Tak lama, topik pembicaraan pun berubah selayaknya obrolan ayah dan anak perempuannya. Hingga akhirnya Helena memutuskan untuk pamit. Namun, sebelum gadis itu melangkah menjauh, sang ayah sudah menginterupsi.

"Ayah akan bicara dengan Yasmine nanti malam. Kurasa dia tidak suka dengan kabar yang akan ayah bawa. Kembalilah ke ruanganmu, nak. Jangan terlalu banyak melamun di perpustakaan," titah sang ayah dibalas senyuman singkat dari Helena.

Gadis tersebut kemudian mengangguk dan pamit menunduk pada ayahnya. Lagi-lagi Helena tak henti untuk bersyukur karena diberi kesempatan untuk bisa menjadi anak dari pasangan penguasa Lindsey. Yah, setidaknya kasih sayang mereka memang nyata meski Helena bukanlah anak kandung mereka.

Tepat ketika di lorong istana. Helena tersentak terkejut begitu menabrak seorang pria. Gadis itu meminta maaf, namun segera dipotong oleh permohonan maaf lelaki itu.

"Tidak, Tuan Putri. Seharusnya saya yang meminta maaf karena lancang telah menabrak anda," ucap lelaki itu berbohong, nyatanya Helena lah yang berjalan terburu-buru hingga tanpa sengaja menabrak pria ini tepat di belokan lorong.

"Ah, iya ...."

"Saya memberi salam, Tuan Putri. Saya Rafaelt Harpenter, Marquess of Arandalli,"  Lelaki itu lalu membungkuk memperkenalkan diri. Mendengar nama Arandalli membuat pikiran Helena seolah melanglang buana.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang