52. Hamparan Merah Muda

109 35 12
                                    

Satu pekan lagi, pertunangan Helena dengan Jeffrey akan diadakan. Tetapi alih-alih mempersiapkan diri, Helena justru memilih untuk tidak peduli. Ia bertingkah amat berbeda daripada Yasmine ketika pertunangannya sebentar lagi akan tiba di depan mata.

Bahkan, Helena sebenarnya ingin kabur, ia ingin bersembunyi hingga pertunangan tersebut tidak jadi diadakan.

Tetapi tentu saja itu hanyalah pikiran liarnya. Gadis itu tidak mungkin melakukan hal kekanakan seperti itu. Bagaimana pun, ia adalah seorang Putri.

Dan bukan hanya satu kali seorang Putri Kerajaan, ataupun bangsawan lainnya terpaksa harus menerima perjodohan meskipun hati mereka menolak tidak terima.

Lalu, apa yang sekarang dilakukan oleh Helena?

Yang jelas, sesuatu yang membuat Emily kini tengah khawatir bukan main. Helena kembali melakukan hal menantang, hal yang sama yang ia lakukan di festival lampion pada awal musim dingin lalu.

Tidak, Helena bukan mendatangi festival musim semi di pusat kota. Lagi pula, festival itu sudah diadakan beberapa pekan yang lalu. Tak ada hal menarik di ibukota hari ini, setidaknya itu Rafaelt katakan.

Gadis itu kini tengah berada di dalam kereta kuda, berdua dengan Rafaelt. Mereka hendak pergi menuju perbatasan kota Eireen dan Arandalli.

Ini semua berasal dari surat yang Helena terima beberapa hari yang lalu. Surat dari Rafaelt yang mengatakan ingin mengajaknya bertemu dengan seseorang. Helena yang saat itu tengah dilanda perasaan yang campur karena kedatangan Jeffrey di Lindsey — lelaki itu sudah tiba di Ibukota tetapi untungnya ia belum menemui Helena, bahkan jika perlu Helena berharap lelaki itu tidak perlu menemuinya — langsung merasa antusias dan senang bukan main.

Emily yang memberikan surat itu pada Helena langsung memasang ekspresi bingung tatkala Helena langsung tersenyum senang lalu menoleh ke arahnya.

"Emily," panggil Helena dengan senyumnya yang terlihat mencurigakan di mata Emily. Perempuan itu merasakan perasaan tidak enak.

"Ya?"

Senyum Helena semakin lebar, ia lalu meminta Emily untuk berjalan mendekat, perempuan itu dengan ragu berjalan mendekat, jantungnya tiba-tiba berdebar tidak karuan. Emily sudah merasa bahwa Helena pasti akan meminta hal yang aneh setelah membaca surat dari Marquess Arandalli tersebut.

"Aku ingin pergi ke kota, 2 hari lagi. Kau harus menemaniku. Hanya kau," ujar Helena. Benar saja, netra Emily membulat, ekspresinya langsung menunjukkan penolakkan, tetapi ia pun langsung menunduk pasrah.

Dan begitulah bagaimana Helena bisa keluar dari Istana tanpa ada kendala, ia menjadikan Emily sebagai tiketnya untuk bisa keluar. Helena berkata bahwa ia ingin membeli beberapa perhiasan dan menghirup udara musim semi dari luar Istana, bersama Emily.

Tetapi ia justru berakhir berada di dalam kereta bersama Rafaelt dalam perjalanan setengah jam menuju tempat yang Rafaelt maksud. Meninggalkan Emily sendirian di salah satu toko kue, membiarkannya menunggu setidaknya selama 2 jam.

"Saya dengar, Pangeran Jeffrey sudah tiba di Lindsey." Rafaelt membuka topik obrolan, membuat Helena terkejut karena pembahasan yang justru paling Helena hindari tengah Rafaelt bahas.

Helena hanya mengangguk, ia malas menanggapi.

Mengetahui respon Helena yang tidak seperti biasanya, Rafaelt melirik ke arah Tuan Putri yang tengah duduk di hadapannya tersebut, lalu tersenyum tipis.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Where stories live. Discover now