12. Kau Boleh Membantuku

330 99 12
                                    

Sudah berjalan dua minggu semenjak Helena belajar aksara kuno bersama Rafaelt. Terhitung sudah tiga kali pertemuan mereka lakukan. Dan Helena merasa senang setiap kali Rafaelt datang. Entahlah, mungkin karena Helena merasa senang saja tiap kali ia bisa melihat mata Rafaelt.

Helena sepertinya benar-benar menyukai mata lelaki itu.

Semula, gadis itu memang tertarik dengan warna mata yang dimiliki Pangeran Negeri Besi, Jeffrey. Tapi itu semua tidak bertahan lama. Apalagi kalau mengingat bagaimana karakter Jeffrey yang benar-benar membuat Helena geram.

Dalam dua minggu ini, tidak hanya bertemu dengan Rafaelt. Helena bahkan diminta untuk berduel dengan Jeffrey sebanyak dua kali!

Lelaki itu bahkan sengaja memundurkan jadwalnya kembali ke negerinya hanya demi menanti kemajuan Helena dalam bermain pedang. Padahal, menurut Helena, jika lelaki itu ingin pulang, ya pulang saja, tidak perlu menjadikan Helena sebagai alasan agar ia bisa menetap di Istana ini lebih lama.

Gadis itu bahkan semakin tidak merasa nyaman setiap melihat interaksi antara kakaknya, Bill dan Jeffrey yang kian hari kian dekat. Helena tentu saja tidak ingin kakak sambungnya itu salah pergaulan dengan Jeffrey yang memiliki karakter terlalu keras itu.

Dan sekarang, Helena seharusnya berterimakasih kepada Dewi Penurun Salju, karena di hari di mana Jeffrey menjanjikan untuk melakukan adu pedang lagi — tepat juga di mana lelaki itu akan kembali ke negerinya-salju justru turun lembut membuat Lindsey semakin putih.

Memang, sekarang sudah memasuki musim dingin. Helena bahkan selalu terngiang-ngiang bagaimana Emily mengingatkannya untuk senantiasa mengenakan mantel, karena tentu saja selain terkenal kaya akan mineral dan tanaman-tanaman langka, Lindsey merupakan negeri dengan tanah yang subur juga suhu yang relatif sejuk. Lindsey juga terkenal atas banyaknya bunga yang bermekaran hampir di seluruh musim, itu mengapa Lindsey akan tampak sangat cantik meskipun musim-musim berganti, terlebih ketika musim semi datang

Dan tentu saja, Lindsey juga memiliki suhu yang terhitung cukup dingin saat musim salju dibandingkan dengan negeri-negeri lain. Itu mengapa, rakyat Lindsey dominan memiliki kulit berwarna putih pucat, dikarenakan penyesuaian terhadap iklim dari negeri ini.

Lindsey juga terkenal atas bunga-bunga yang tiada henti bermekaran. Meskipun memang tampak lebih cantik setiap musim semi, akan tetapi ada cukup banyak bunga yang akan mekar di tiap musim selain musim semi. Termasuk musim dingin. Meskipun memang terhitung lebih dingin, tanah Lindsey yang subur masih mampu menumbuhkan bunga-bunga khas musim dinginnya seperti Bunga Tetes Salju dan Hellebore yang tumbuh hanya di dataran Lindsey.

Kedua bunga ini menjadi kebanggaan bagi Lindsey. Termasuk Bunga Snowdrop atau Bunga Tetes Salju yang menjadi simbol dari negeri Lindsey.

Kembali pada keadaan kini. Helena memandang Jeffrey penuh curiga tatkala lelaki itu hendak pamit. Bukan apa, gadis itu masih teringat perihal ucapan lelaki itu semalam.

Ya, semalam merupakan makan malam terakhir bersama Pangeran Jeffrey Tedder Kleypas sebelum keesokan paginya-sekarang-lelaki itu akan kembali pulang ke negeri nya.

Malam itu Raja Braun berbincang ringan dengan Jeffrey, dan Helena tidak begitu banyak memperhatikan, gadis itu fokus menyantap makanan yang ada di hadapannya. Tidak sampai Jeffrey-yang duduk di hadapannya tiba-tiba melirik ke arah Helena dan tersenyum tipis.

Helena yang sedang mengunyah hampir saja tersedak. Firasatnya terasa tidak baik. Dan benar saja, karena tak lama dari lelaki di seberang itu tersenyum padanya, ia kemudian berucap lagi kepada Raja Braun, "Ada beberapa hal yang sebenarnya menjadi pikiran bagiku akhir-akhir ini..."

Helena melirik ke arah Ayahnya, menunggu respons yang akan diberikan oleh Raja Lindsey. Karena tentu saja, ucapan yang dilontarkan oleh Jeffrey itu diutarakan untuk sang Raja.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Where stories live. Discover now