05. Tidak Pernah Terduga

519 191 29
                                    

Kini sudah berjalan tiga hari semenjak Ophalia sampai di Negeri Hijau Cartland. Hari-hari berlalu dengan biasa saja. Yang ia lakukan hanyalah berkeliling istana, mengobrol dengan beberapa pelayan, pengawal, dan orang-orang yang lain yang bekerja di sekitaran istana.

Ophalia akui, ia bosan. Karena selama Raja dan Pangeran Aaron belum juga sampai, mau tidak mau Ophalia secara tidak langsung pun menganggur. Seperti sore ini, Ophalia hanya terduduk di halaman belakang istana, memperhatikan kupu-kupu dan capung juga lebah terbang mengitari tanaman.

Karena merasa sudah jenuh terduduk di sana selama hampir satu setengah jam, Ophalia akhirnya bangkit dari duduknya dan menyusuri jalanan di sekitar area taman, mencari sesuatu yang menarik.

Dan benar saja, Ophalia menemukan hal yang menarik, tepat di bawah pohon ek. Gadis itu mendapati sebuah kertas di sana, mungkin itu adalah surat? Tetapi tidak beramplop ataupun berstempel.

Dengan rasa penasaran yang berhasil mengalahkannya, Ophalia akhirnya mengambil kertas tersebut.

Bantu aku untuk memberi tahu kebenaran.
Ini sudah terlalu lama.

Membaca kertas tersebut, kening Ophalia berkerut. Apa maksud tulisan ini?

"Nona Ophalia!" seru seorang pelayan dari belakang berhasil membuat Ophalia sontak terkejut dan berdiri. Menoleh ke arah pelayan dan menanyakan apa yang terjadi.

Pelayan tersebut tampak terengah-engah, seperti habis berjalan terburu-buru, "Nona, anda dipanggil Sir Flitz di ruang tunggu."

Tertegun, Ophalia mengangguk samar, kemudian berterimakasih pada pelayan tersebut dan melipat asal kertas tadi lalu memasukkannya ke dalam saku celananya, gadis itu pun berlalu ke arah ruang tunggu — tempat yang sama di mana Ophalia menunggu Tuan Flitz ketika baru saja sampai ke Istana.

Selama di perjalanan, Ophalia memikirkan apa alasan Tuan Flitz memanggilnya. Apa mungkin ia diperintahkan untuk menyusul saja ke Villia? Atau mungkin ada suatu hal yang terjadi pada Putra Mahkota?

Gadis itu sibuk berjalan seraya berpikir mengenai beberapa alasan, hingga tak terasa ia sudah berada di depan pintu mewah dari ruang tunggu.

Ophalia mengetuk pelan pintu tersebut, "Sir Flitz, anda memanggil saya?"

Terdengar jawaban dari dalam, "Benar, masuklah," ucap Sir Flitz. Ophalia pun membuka pintu tersebut pelan.

Didapati oleh gadis guardian tersebut, Tuan Flitz sedang bersama dengan seorang pria asing. Keduanya sama-sama berdiri tatkala Ophalia memasuki ruangan.

Menyadari ekspresi heran dari Ophalia, Tuan Flitz tersenyum ramah, "Nona Ophalia, ini partner anda. Tuan Andreas Delacary, guardian I. Ia baru saja datang."

Mata Ophalia membulat seketika, ia melirik ke arah pria tersebut.

Inikah Andreas Delacary yang selama ini Ophalia nanti? Pria dengan rambut bergelombang berwarna cokelat gelap dan netra yang berwarna hazel. Juga postur tubuh tegap laksana ksatria pada umumnya. Tampak bahwa Ophalia hanyalah setinggi pundak lelaki tersebut.

Ophalia masih sibuk memperhatikan fisik lelaki ini. Terkagum tentunya. Sampai akhirnya lelaki itu sendiri yang memilih menyapa Ophalia duluan.

"Senang bertemu denganmu, Ophalia. Mohon kerja samanya," ucap Andreas tersenyum kemudian membungkuk kecil.

Beberapa detik kemudian, Ophalia kembali sadar dan membalas membungkuk.

"Baiklah, Nona. Saya memanggilmu untuk mempertemukanmu dengan Tuan Andreas. Kalau begitu, saya pamit dahulu. Silakan, Nona, apabila ingin mengantar Tuan Andreas untuk berkeliling ke sekitar." Tuan Flitz kemudian pamit pergi. Tersisa Ophalia dan Andreas di ruangan tersebut.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Место, где живут истории. Откройте их для себя