76. Kepergian Pertama

142 30 13
                                    

Sudah dua hari berlalu sejak hari di mana Ophalia resmi diberhentikan sebagai guardian — mimpi buruk yang menjadi nyata — sekaligus hari yang sama pula di mana Roseline berduka atas kabar wafatnya Raja Ianor, pemimpin Roseline selama beberapa puluh tahun belakangan ini.

Ophalia sudah selesai mengurusi beberapa berkas dan surat yang mesti ia tanda tangani. Suasana di kantor guardian tidak begitu nyaman, terlebih setelah beberapa rumor beredar terkait kematian Raja yang dirasa janggal.

Sudah dua hari pula berlalu sejak terakhir Ophalia bertemu dengan Andreas. Hari ini gadis itu akan langsung meninggalkan asrama dan mungkin pulang kembali ke rumahnya di Evaleen.

Entah apa yang akan Ophalia jalani setelahnya. Jika pengabdiannya terhadap negeri ini justru sudah tidak lagi dinilai sempurna.

Tetapi, sebelum melangkah pergi, gadis itu sudah berniat untuk bertemu dengan Andreas dan berpamit meskipun hanya sebentar saja. Ophalia pun ingin mengajukan beberapa pertanyaan pada lelaki itu.

Benarkah ia yang melaporkannya?

Tetapi tentu saja itu sedikit aneh karena Andreas justru terkejut ketika mendapati Ophalia ditangkap beberapa hari yang lalu.

Sebenarnya, apa yang terjadi? Mengapa semua terasa janggal seperti ini?

Meskipun pihak guardian tidak mengetahui tentang kepergian Ophalia ke Dellway, tetapi tetap saja hukuman yang ia terima lebih buruk. Pemberhentian dari statusnya sebagai guardian II.

Gadis itu menyisir rambutnya ke belakang. Dengan beberapa dokumen dan surat yang berada dalam pelukannya, Ophalia hendak meninggalkan kawasan Istana. Sampai sosok tak asing pun tampak dari kejauhan.

Ophalia mengetahui siapa dia. Oliver Deliam, ia adalah guardian I tingkat ketiga, di bawah Andreas. Mungkinkah lelaki itu tahu di mana Andreas kini berada?

Dengan langkah pelan dan setelah menarik napas, Ophalia pun berjalan menghampiri Oliver.

Oliver yang tengah berdiri dan berdiam diri di dekat air mancur halaman Istana pun menoleh ketika mendapati Ophalia berjalan mendekatinya, sebelah alis lelaki itu terangkat.

"Sepertinya ada yang ingin kau bicarakan," ucap Oliver.

Ophalia mengangguk, "Apa kau tahu di mana Andreas sekarang berada?"

Lelaki itu mengerutkan keningnya, ia lalu mengedikkan kedua bahunya, "Entah, aku belum bertemu dengannya setelah terakhir berpapasan beberapa hari yang lalu, ketika ia hendak memberikan laporan."

Ucapan Oliver membuat jantung Ophalia berdetak kencang. Ia terkejut mendengar penuturan dari lelaki itu.

Laporan apa yang Andreas berikan?

"Laporan?"

Oliver mengangguk, ia lalu melirik Ophalia dari atas hingga bawah, "Aku harus pergi," ucapnya kemudian pergi.

Tersisa Ophalia pun terdiam di tempat. Dengan perasaan tak menentu yang tidak bisa ia kenali.

Apa benar Andreas yang melaporkan dirinya? Tapi mengapa lelaki itu tidak berbicara lebih dulu dengannya? Bukankah ia berniat untuk berdiskusi lebih lanjut sebelum melaporkan kejadian tersebut.

Gadis menunduk, menggigit bibir bawahnya.

Pada akhirnya, penyesalan pun diam-diam mendatanginya, menyeruak menutupi seluruh perasaannya. Mungkin seharusnya Ophalia tidak perlu bercerita pada Andreas. Mungkin seharusnya gadis itu diam saja dan tak pernah melontarkan kalimat apa pun pada lelaki itu.

Seharusnya Ophalia tetap bungkam dan membawa rahasia itu hingga mati.

Mungkin semua ini akan berubah? Mungkin ia tidak perlu berakhir sebagai gadis biasa. Mungkin statusnya tak akan dicabut begitu saja.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Where stories live. Discover now