26. Tindakan Gegabah

158 43 5
                                    

Ophalia baru saja membereskan barang-barangnya di tenda. Andreas memberi saran pada Ophalia untuk mengubah seluruh letak penyimpanan barang-barang termasuk benda-benda penting yang disimpan di tenda mereka.

Hingga ketika gadis itu keluar dari tenda, alangkah terkejutnya Ophalia tatkala mendapati Robin justru sedang berdiri di depan tenda. Seolah menunggu si pemilik tenda untuk segera keluar.

Ophalia jadi teringat ucapan Evan yang mendengar Vincent berucap bahwa dokumen jebakan milik Andreas itu dicuri oleh Robin. Apa pemuda ini kini hendak mencuri lagi?

"Ada apa?" tanya Ophalia.

Robin yang sedari tadi berdiri gugup tentu saja semakin dibuat gugup ketika Ophalia bertanya seperti itu.

"Itu ..." gumam Robin amat pelan membuat Ophalia mengerutkan alisnya.

"Bicaralah yang jelas, aku tidak bisa mendengarnya."

Sungguh, bagi Robin situasi ini amat membuatnya gugup dan panik bukan main. Pertama kali bagi Robin melihat seorang wanita berpenampilan amat tegas seperti pria. Ophalia terlalu asing dan menyeramkan, Robin segan rasanya untuk berlama-lama berbicara dengannya.

"Ada yang — ah, bukan ... itu, Tuan Andreas ..."

Melihat gelagat Robin yang ragu-ragu, Ophalia akhirnya menarik pemuda itu untuk masuk ke tenda. Entah apa yang akan pemuda itu ucapkan, Ophalia tidak ingin itu sampai terdengar oleh siapa pun.

Robin yang masih gugup dan menyusun kata untuk berbicara dengan Ophalia tentu saja langsung terkejut ketika ia tanpa aba-aba ditarik begitu saja.

Ophalia duduk di salah satu kursi yang dekat dengannya. Ia duduk memandang sekaligus menunggu Robin untuk segera berbicara.

"Kau bukan ingin mencuri lagi, kan?" tanya Ophalia membuat Robin terkesiap.

"Ah, aku lupa memberi tahu hal itu ..." gumam Robin, ia lupa untuk menceritakan tentang Aston yang memerintahkannya mencuri dokumen yang ada di tenda ini pada Andreas.

Tunggu, tapi, dari mana Ophalia tahu kalau yang mencuri dokumen itu adalah Robin?

"Bu-bukan! Tidak, Nona. Saya tidak berniat untuk melakukan itu ... lagi," bantah Robin sebisa mungkin agar Ophalia tidak salah paham.

Ophalia mengangkat sebelah alis bingung, "Jadi, benar kau yang mencurinya?"

Robin rasanya benar-benar kehabisan kata-kata. Ia mengangguk pelan.

Ophalia yang melihatnya sontak memperhatikan Robin lama, yang mana itu membuat rasa gugup Robin semakin parah. Pemuda itu tidak lagi bergumam tidak jelas.

"Kau datang kemari untuk melakukan pengakuan dosa?"

Robin terkesiap dibuatnya, entah sejak kapan bahkan ia telah berkeringat dingin. Ya tuhan, jika bukan karena jaminan keselamatan yang diberikan oleh Andreas pada Robin, dengan syarat pemuda itu rela berbicara jujur apa pun yang terjadi, sepertinya Robin tidak akan pernah mau menemui Ophalia terang-terangan seperti ini.

Karena biasanya, Ophalia yang selalu menemui bahkan mengejar Robin.

"Tidak bukan, ada yang ingin saya bicarakan. Tadinya, saya ingin mengatakan ini pada Tuan Andreas, tapi Tuan Andreas menyuruh saya mengatakan ini pada Nona saja."

Ophalia memandang Robin heran, "Tentang apa?"

Robin sempat terdiam sebentar sebelum menjawab, "Tuan Andreas meminta saya untuk menceritakan segala hal yang berkaitan dengan Tuan Vincent dan Tuan Aston."

"Lalu?"

"Tuan Andreas meminta saya untuk menceritakan informasi terbaru pada Nona."

Ophalia memandang Robin selama beberapa detik, "Jadi, kau ceritakan juga pada Andreas tentang kau yang mencuri dokumen?"

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang