27. Penyamaran Di Dalam Desa

130 44 4
                                    

Suasana kamp pagi itu amat tenang. Tak ada satu pun yang mengetahui kejadian semalam kecuali keenam prajurit yang turut andil membantu Ophalia

Malam itu Ophalia langsung diberi perawatan untuk luka yang ia terima. Gadis itu terpaksa harus harus banyak beristirahat dan jangan melakukan banyak pekerjaan.

Kejadian semalam pun belum sempat Ophalia ceritakan pada Putra Mahkota. Setelah Aston berhasil ditangkap dan diikat, beberapa prajurit yang tersisa membantu memadamkan tenda. Selebihnya, Ophalia tidak tahu, karena gadis itu langsung diantar untuk mengobati lukanya.

Ophalia terbaring memandang langit-langit tenda. Dari laporan Paul, Aston ditahan di salah satu sel dekat para tawanan perang berada. Tak ada satu pun yang diperbolehkan menemuinya kecuali Ophalia dan orang-orang yang diperkenankan Ophalia. Berdasarkan laporan Paul, Vincent juga belum mengetahui bahwa anak buahnya telah tertangkap. Justru itu adalah hal yang bagus. Ophalia memerintahkan pada Paul untuk menyembunyikan kejadian semalam dan jangan sampai Vincent tahu kalau Aston menghilang.

Berbeda dengan Ophalia yang mendapat luka, Aston justru baik-baik saja. Mungkin ini memang kecerobohan Ophalia karena langsung menangkap Aston tanpa mengira bahwa lelaki itu memiliki senjata tajam. Tapi luka yang diderita Ophalia justru cukup untuk membuat hukuman Aston semakin berat.

Gadis itu menghela napas. Cukup bosan karena lama berbaring. Tapi untuk bangun, ia justru tidak memiliki energi yang cukup. Ia pun menoleh ke sekitar, tenda cukup sepi. Beberapa kali perawat datang melihat keadaan Ophalia, bertanya apa ada keluhan lebih lanjut.

"Apa yang sekarang dilakukan Andreas ..." gumam Ophalia tak lama dari itu akhirnya memejamkan mata. Istirahat yang cukup adalah hal yang harus gadis itu penuhi sekarang.

Jauh di luar kamp Villia. Di Desa Pengungsian, Andreas mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru arah. Ia mencoba mengingat-ingat letak dan tempat dari Desa ini.

Di penginapan, terdapat tiga orang prajurit bawaan Andreas yang tengah menetap. Sedangkan Marvel dan seorangnya lagi sibuk mencari sarapan untuk mereka semua. Andreas terlalu bosan berdiam di penginapan, ia ingin berkeliling dan menilai kondisi dari tempat yang tentu masih asing ini.

Sebagaimana Desa Pengungsian pada umumnya, Desa ini tak lebih dari tempat permukiman warga desa yang terpaksa pindah tempat dan berdiam mengungsi di sini akibat adanya perang.

Langkah lelaki itu akhirnya membawanya ke gerbang utama Desa, tempat di mana Andreas kemarin malam datang ke Desa ini. Andreas melihat ke sekitar, tak banyak orang ada di sekitar sini, kecuali sekumpulan pemuda yang sepertinya tengah sibuk berbincang.

"Boleh aku ikut?" tanya Andreas memutuskan untuk bergabung dengan kumpulan tersebut.

"Ah, Tuan. Ya, silakan," jawab salah satu pemuda, ia kemudian memberikan Andreas secangkir kopi dan beberapa biskuit.

Bisa dibilang, mereka sedang berkumpul di depan kedai yang tidak terlalu besar. Rata-rata pengunjungnya datang hanya untuk memesan makanan, bukan untuk berkumpul atau makan di tempat. Sedangkan kumpulan pemuda ini sepertinya tengah membicarakan sesuatu yang cukup penting, atau setidaknya sedang hangat akhir-akhir ini.

"Tuan, aku tidak menyangka tuan membawa banyak sekali orang kemari," sahut salah satu pemuda yang lain memulai pembicaraan. Kening Andreas berkerut.

"Tetapi rombongan yang tadi justru memilih untuk menyewa rumah, bukan?" Salah satu dari mereka menjawab.

"Tapi kan di sini tidak ada rumah yang bisa disewa. Dan lagi untuk bisa menampung orang sebanyak itu. Apa benar mereka bukan prajurit?"

Andreas merasa perbincangan di antara mereka justru terasa asing dan tak mudah dipahami. Terlebih ketika salah satu dari mereka justru berkata demikian pada Andreas dengan melontarkan pertanyaan seperti itu.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang