20. Permulaan Rencana

160 56 13
                                    

Pagi itu cahaya matahari telah datang menelisik di antara celah-celah tirai yang ada di kamar Helena. Gadis itu hanya berbaring semalaman tanpa bisa memejamkan matanya.

Ia menangis.

Lagi-lagi, meskipun tidak pernah dibedakan, Helena lagi-lagi mesti mengalah pada adiknya itu. Raja Lindsey lebih rela memberikan Helena pada Kleypas daripada menyerahkan hubungan Yasmine dan Alroy. Meskipun fakta bahwa Jeffrey sendirilah yang memilih Helena, gadis itu masih enggan menerima kenyataan tersebut.

Suara ketukan terdengar beberapa kali sampai Emily dan beberapa pelayan pun mulai masuk membangunkan Helena. Tirai-tirai dibuka membuat cahaya matahari masuk seluruhnya lewat jendela-jendela tinggi di kamar gadis itu.

"Ya Tuhan, Tuan Putri! Anda tidak tidur?" pekik Emily ketika melihat keadaan Helena yang cukup berantakan. Matanya sembap dan agak membengkak.

Helena duduk di tepi kasurnya dan menggeleng pelan. Ia benar-benar benci mengingat obrolan yang terjadi semalam bersama Ibunya.

"Tuan Putri semalam menangis?" tanya Emily ragu-ragu, perempuan itu benar-benar terkejut melihat penampilan Helena yang kacau di pagi hari begini.

Helena hanya diam tak menjawab, ia enggan bersuara atau memberi respon gerak tubuh sebagai jawaban. Gadis itu menoleh ke arah salah satu jendela, memandang kosong jendela itu lama.

Seorang pelayan akhirnya menghampiri gadis itu dan berkata bahwa air hangat untuknya telah disiapkan. Helena bangkit dari duduknya dan langsung berjalan, hendak segera membasuh badannya.

Beberapa pelayan berdiri di sekitar bak mandi, Helena hanya diam dan tak menolak tatkala pakaiannya mulai ditanggalkan. Biasanya, Helena lebih senang mandi sendiri tanpa bantuan pelayan, tapi kali ini gadis itu membiarkan mereka untuk melayani secara totalitas.

Setelah mandi, Helena dibawa untuk segera berhias di depan meja rias. Masih tak ada suara atau ucapan apa pun dari gadis itu, benar-benar membuat para pelayan di ruangan Helena merasa bingung dan heran akan apa yang terjadi oleh Tuan Putri mereka.

"Emily," ucap Helena akhirnya membuka suara, perempuan yang dipanggil tersebut sontak langsung menoleh dan bertanya apa yang bisa ia bantu untuk Helena.

Terdapat jeda dari ucapan Helena sedangkan beberapa pelayan tetap sibuk menata rambut dan membantu gadis itu berpakaian, "Sekarang hari apa?"

"Sabtu, Tuan Putri," jawab Emily.

Lagi, Helena menoleh melihat ke arah jendela, langit sudah semakin terang dan kicauan burung mulai terdengar saling menyahut. Cuaca tampak lebih hangat daripada sebelumnya, meski tetap saja dingin jika dibandingkan dengan musim semi.

"Aku ingin ke pasar," ucap Helena tiba-tiba, membuat beberapa pelayan sempat terhenti mengerjakan pekerjaan mereka, beberapa saling tukar pandang dan menatap Helena heran. Emily justru sempat membelalakkan mata setelah mendengarnya.

Perempuan itu sempat berdeham menenangkan dirinya, kemudian mendekat menghampiri Helena yang kini telah berpindah tempat duduk, hendak menyantap sarapannya.

"Ada yang ingin Tuan Putri beli?"

"Tidak ada," jawab Helena langsung tanpa menoleh ke arah Emily.

Melihat gelagat Helena yang tampak sedang dalam suasana buruk, Emily mencoba mengingat-ingat tanggal berapa sekarang, barangkali Helena hampir mendekati jadwal periodenya sehingga menyebabkan Tuan Putri itu sedikit berbeda daripada biasanya.

"Aku ingin ke pasar, Emily. Melihat orang-orang," ucap Helena lagi.

Hening setelah ucapan Helena tersebut, dan gadis itu tak lagi mengucapkan sesuatu lagi. Helena fokus menghabiskan bubur gandum dan sehelai roti yang disajikan sebagai sarapannya hari ini. Meskipun dalam keadaan hati yang buruk, untungnya nafsu makan gadis itu tidak terganggu.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang