38. Sosok Bertudung

116 36 6
                                    

Sudah empat hari sejak Pesta Ulang Tahun Ratu Lilly-Anne diadakan di Cartland. Kini Ophalia sedang tidak berada di negeri tersebut, ia tengah berada di tanah airnya, Roseline. Bersama Andreas, Ophalia bertugas untuk memberikan laporan terkait kelanjutan misinya di Cartland pada pusat, di Roseline.

Tetapi sesampainya Ophalia di Roseline, ia langsung berpisah dengan Andreas karena lelaki itu memiliki beberapa urusan dan tempat yang harus ia datangi.

Ophalia dan Andreas hanya izin untuk berada di Roseline selama tiga hari. Dan hari ini adalah hari kedua mereka berada di tanah air mereka.

Roseline baru memasuki musim gugur, beberapa daun kering berwarna kemerahan berguguran di sepanjang jalan kota Roseline. Tetapi berbeda dengan Cartland yang masih memiliki suhu yang hangat, angin di Roseline justru lebih kuat menyebabkan suhu dingin mulai terasa meskipun musim gugur baru dimulai.

Ophalia tidak tahu di mana Andreas berada, gadis itu kini tengah berjalan kecil seorang diri di Ibu Kota Roseline, Atla. Tadinya ia berniat untuk mampir sebentar menemui keluarganya yang berada di Evaleen, kota yang berada tak jauh dari Atla. Tetapi Ophalia justru ragu waktu yang ia miliki akan cukup, perjalanan untuk ke sana saja setengah hari, Ophalia hanya akan lelah karena perjalanan.

"Ophalia, apa itu kau?" panggil seseorang membuat langkah Ophalia terhenti.

"Ariadne," ucap Ophalia pelan ketika menyadari siapa sosok yang memanggilnya tadi.

Ariadne, seorang gadis berambut hitam sebahu dengan kedudukan sebagai guardian III menatap Ophalia dari atas hingga bawah sembari tersenyum miring.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ariadne sama sekali tidak ramah.

Ophalia mengerutkan alisnya, gadis di depannya ini melontarkan pertanyaan seolah kehadiran Ophalia di Ibu Kota Roseline adalah hal yang tabu.

"Aku hanya memberikan laporan pada pusat," jawab Ophalia tanpa ekspresi. Sejujurnya, pertemuannya dengan Ariadne adalah hal yang sama sekali tidak Ophalia inginkan.

Ariadne terkekeh, ia kemudian berjalan mendekati Ophalia dengan tatapan remeh, "Kau lihat, seharusnya aku yang berada di posisimu. Dasar ular," ucap Ariadne kemudian.

"Apa maksudmu? Kau masih mengira aku merebut hakmu? Sampai kapan kau akan berpikir sempit seperti itu?"

Ariadne tertohok mendengar balasan dari Ophalia, ia menatap Ophalia dengan tatapan nyalang, "Kau harus tahu batasanmu."

"Aku selalu berada di dalam batasanku. Tetapi kalian yang tidak pernah menghargai batasan yang kuberikan," balas Ophalia penuh penekanan, berhasil membuat Ariadne diam tak berkutik.

Ophalia baru saja hendak melangkah pergi meninggalkan Ariadne sampai seruan terdengar membuat Ophalia menghela napas lelah.

"Semua orang tahu bahwa akulah yang menyelesaikan masalah pemberontakan itu!" seru Ariadne dengan mata yang penuh kebencian.

Ophalia tadinya hanya ingin melengos tak peduli, terlalu lelah mendengar ucapan Ariadne yang haus akan validasi itu. Tetapi orang-orang di sekitar justru memperhatikan mereka akibat seruan dari Ariadne tersebut, meskipun tidak terang-terangan, jelas orang-orang itu ikut memperhatikan dan ingin tahu tentang apa yang terjadi.

Setelah menghela napas, Ophalia membalikkan badannya dan berjalan mendekat ke arah Ariadne hingga berhenti tepat di depan dirinya. Gadis itu menatap Ariadne dingin, dengan mata berwarna biru pucatnya yang tanpa ekspresi, Ophalia tersenyum miring.

"Seharusnya aku yang naik pangkat. Bukan ular sepertimu," ucap Ariadne membuat Ophalia semakin tersenyum.

"Aku? Ular? Begitukah? Lalu kau apa? Hewan apa yang cocok menggambarkan dirimu yang hanya bisa bertopang kaki dan tutup mata atas kejadian yang terjadi tahun lalu dan bahkan hendak lepas tanggung jawab? Aku hanya menjalankan kewajiban. Kita memiliki kewajiban yang sama, tetapi kau melimpahkan tugasmu padaku, seluruhnya. Dan ketika aku berhasil menyelesaikan semua itu seorang diri, kau tidak terima akan hal itu?" Ophalia menatap tajam netra Ariadne membuat gadis berambut hitam itu hanya bisa diam dengan napasnya yang memburu pertanda emosi yang sudah tak terbendung.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Where stories live. Discover now