23. Rapat Terbuka

152 51 6
                                    

"Ophalia!" seru Evan dari kejauhan, gadis yang dipanggil itu menoleh mengangkat sebelah alis.

Tanpa mengeluarkan pertanyaan, ekspresi Ophalia sudah cukup untuk mengisyaratkan tanya terhadap apa alasan Evan yang tiba-tiba menghampirinya.

Suasana kamp kembali seperti semula, meskipun semalam sempat terjadi pengecekan anggota barak secara mendadak. Ophalia baru saja menghabiskan semangkuk sup untuk sarapannya pagi ini.

"Putra Mahkota menitipkan pesan, bahwa kau ditunggu di tenda rapat. Sepertinya rapat dengan para petinggi dan dewan kemiliteran yang ada di kamp ini akan segera dilaksanakan," ucap Evan direspon anggukan dari Ophalia, lelaki itu kemudian pamit kembali, karena alasannya hanyalah untuk menyampaikan pesan tersebut.

Ophalia menoleh ke dalam tenda tempat makan, beberapa serdadu sibuk menyantap sarapannya, termasuk Andreas di sana yang masih belum selesai menyantap semangkuk sup dan roti miliknya.

"Andreas," panggil Ophalia membuat lelaki itu menoleh dengan pipi yang penuh—masih mengunyah roti miliknya.

"Aku akan ke tenda rapat, Putra Mahkota memanggilku," lanjut gadis itu kemudian. Andreas mengangguk, mempersilahkan Ophalia untuk pergi duluan meninggalkannya.

Gadis itu kemudian melangkah meninggalkan tenda, menyusuri jalan yang membawanya menuju tempat yang dituju, sampai sebuah tepukan pada pundaknya membuat gadis itu membalikkan badan refleks.

Vincent berdiri di sana, memandang Ophalia penuh penilaian, sampai kemudian lelaki itu memasang senyum tipis pada gadis itu. Tatapan Ophalia menatap lelaki di hadapannya tersebut tajam, enggan berbasa-basi atau membuang lebih banyak waktu, Ophalia memandang Vincent seraya melipat kedua tangannya.

"Kau mau pergi ke mana?" Vincent menatap Ophalia ramah, berbanding terbalik dengan gadis itu.

"Ada beberapa hal di mana pekerjaan kita tidak sejalan, Tuan Vincent. Apa pun yang kulakukan tidak selalu berhubungan dengan apa yang kau kerjakan," jawab Ophalia penuh penekanan.

Vincent memandang Ophalia dengan seringai tipis, "Bukan begitu, Nona Ophalia. Tapi kau ini adalah guardian—"

"Betul," potong Ophalia cepat.

"Dan tugasmu hanya melindungi, sebagaimana jabatanmu."

Ophalia menatap Vincent tajam, lelaki ini masih belum paham juga bahwa ia tak ingin berbicara lama dengannya. Vincent justru membahas mengenai tugas apa yang seharusnya Ophalia lakukan? Hah, menjadi seorang Guardian bukan hanya sebatas menjadi pelindung. Ophalia rasanya ingin tertawa terbahak-bahak mengingat cerita Andreas tentang lelaki ini yang katanya memaksakan diri untuk terlihat amat mengenal Roseline.

"Ya, betul. Kau sangat mengenal Roseline rupanya," jawab Ophalia sarkas, kemudian langsung berbalik badan hendak meninggalkan Vincent.

Belum sedetik gadis itu mengambil langkah, Vincent justru menahan tangan Ophalia, berhasil membuat gadis itu mendelik tidak suka, "Tuan Vincent, berapa kali aku harus mengatakan bahwa—"

"Kau akan ke tenda pertemuan bukan? Rapat? Kita akan rapat, bukan begitu?"

Ophalia menatap Vincent terkejut, apa lelaki ini juga dipanggil oleh Aaron untuk menghadap? Ophalia memang tahu rencana Raja pagi ini adalah membahas mengenai segala kejanggalan yang terjadi di kamp Villia meliputi ketidaksesuaian data yang tercatat dengan yang sebenarnya ada. Tetapi, mengapa Aaron memanggil lelaki ini juga? Bahkan sebelum rapat dimulai?

"A-apa?"

Meskipun rapat akan dihadiri seluruh petinggi dan anggota dewan tanpa terkecuali, bagi Ophalia justru cukup mengejutkan jika Vincent benar dipanggil oleh Aaron tepat sebelum rapat dimulai.

THE AUDUMA MASKEN : A Secret From Dellway ✔Where stories live. Discover now