TIGA BELAS

18.7K 1.4K 17
                                    

Ting

"Kenapa nggak dimakan?" pertanyaan Mas Garin menghentikan tanganku yang memainkan garpu dengan piring hingga menimbulkan suara dentingan.

"Ehm, udah aku cicip, nunggu kamu" jujurku padanya.

Dia, Mas Garin duduk di kursi seberang setelah menyelesaikan perbincangan yang lumayan singkat dengan mbak Kirani. Namun, aku sudah merasa bosan menunggunya.

Dia hanya mengangguk dan mulai mencicipi makanan yang kuambilkan. Mulai dari ayam tepung, sepotong pizza, kue kering sampai lasagne rekomendasi dari Mas Daud, suami mbak Kirani. Perut mas Garin emang perut bapak-bapak yang melar cukup untuk banyak makanan.

"Makan!" suruhnya saat aku sejak tadi hanya memainkan garpuku dengan pasta diatas piring milikku.

"Aku mau ambil ice cream dulu, Mas mau?" tawarku. Dia menggeleng tidak mau.

Aku berdiri dan berjalan ke tempat ice cream gulung yang sengaja dibuat langsung di tempatnya. Aku berdiri berdampingan dengan banyak anak-anak kecil yang sebenarnya tidak mengantri, mereka hanya senang melihat si pembuat ice cream beraksi. Aku dapatkan satu cup dengan topping meses coklat. Berharap bisa mendinginkan kepalaku yang sedikit panas karena berpikir yang terlalu jauh tentang mereka.

"Duduk!" perintah Mas Garin, saat aku hanya berdiri di sampingnya, sambil sesekali memakan suapan-suapan ice cream ke mulutku.

"Mau?" tawarku. Dia menggeleng.

Aku tidak selera lagi dengan makananku dan hanya menghabiskan ice cream ini sampai habis.

Aku tidak membuka obrolan karena Mas Garin lebih memilih fokus pada ponselnya. Ya memang dia mau ngapain lagi? Lagian ini juga acara anak-anak. Kami berdua tidak sedang punya anak kecil yang harus dijaga tiap menit, tiap detiknya. Ken? Ah, anak itu sudah bisa mengurus dirinya sendiri.

Acara terlihat sudah akan selesai dengan penutupan dari pembawa acara dan seorang badut berkostum olaf yang membagikan kue berwarna seputih salju yang dibagikan pada anak-anak disini.

"Mas"

"Hm" ia berdehem dengan mata yang tetap fokus pada ponselnya.

"Anak-anak lucu ya" kataku menatap tawa-tawa kecil saat mereka menerima kue yang dibagikan badut olaf.

Mas Garin berhenti sejenak dari urusannya dengan ponsel, ikut melihat ke arah anak-anak yang sejak tadi menjadi pusat perhatianku, melihatnya sebentar, "iya" dia kembali lagi pada ponselnya setelah mengatakan itu.

"Emh" aku memutar wajahku menghadap dirinya yang tidak menghadap diriku "kamu nggak mau punya anak?" tanyaku langsung padanya, to the point.

Aku lihat dia menghentikan gerakan jarinya. Dia tidak menoleh kearahku dan wajahnya datar-datar saja tidak terlihat terkejut. Namun, dia seperti terdiam beberapa detik dengan wajah yang masih menatap ponselnya. Entah dia kaget karena pertanyaanku dan bingung untuk menjawab apa atau dia malah sedang fokus dengan sebuah bacaan di ponselnya.

"Sudah ada" jawabnya dengan melanjutkan tangannya yang men-scroll kembali layar ponselnya "Ken" tambahnya tanpa melihat diriku.

"Tck, Mas" panggilku

"Hmm.. "

"Maksudku, anak" kalimatku sedikit mengantung "kita" lanjutku yang dibalas dengan dia menatapku kembali. Aku hanya mengangguk-angguk, menyunggingkan sedikit senyuman dan mengalihkan mataku sebentar darinya yang kini menatapku. Dia tidak menjawab atau memberikan respon lain selain menatap diriku dengan wajah tanpa ekspresi seperti biasanya. Aku lihat mulutnya sedikit bergerak akan menjawab pertanyaanku.

My Troublesome Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang