EMPAT PULUH TUJUH

16.6K 1.7K 179
                                    

Part ini ringan banget kalau kata aku. Nggak ada konflik karena Ewel masih kangen-kangenan sama mereka berdua. Jadi udah Ewel ingetin ya, ini partnya masih absurd, jangan berekspetasi lebih.. 😎🍿

*

*

*

*

*

Aku bergerak cepat menuju ranjang saat baru masuk kamar. Kutarik selimut dengan kekuatan penuh, selimut yang masih menutupi tubuh Mas Garin.

"Mas!" panggilku dengan keras.

Aku lihat wajahnya berkerut karena tidurnya kuganggu. Seluruh kelambu di kamarnya sudah kubuka sejak dua jam yang lalu. Tapi, si punya kamar masih saja bisa tidur di sana.

"Mas!" aku panggil lagi dia supaya cepat sadar dan bangun "Mas Garin!"

"Hmm?!" sahutnya dengan makin menyembunyikan wajahnya dibalik bantal.

Astaga!

"Mas, bangun!" panggilku lagi, kali ini lebih memerintah. Aku makin menggerakkan tubuhnya berkali-kali. Menggoncang tubuhnya supaya dia tidak kembali lagi ke alam tidurnya.

"Mas Garin, ih, ayo bangun, Mas!" lagi, aku goyang terus tubuhnya supaya dia tidak sempat masuk ke alam mimpi ataupun memejamkan matanya.

"Nggh!!" dia mengerang keras. Sampai-sampai mengacak rambutnya sendiri frustasi.

"Bangun, sayang" panggilku sambil mengelus kepalanya yang rambutnya baru saja ia berantakkan sendiri.

Mas Garin menolehkan kepalanya, melirik diriku dengan mata yang masih menyimpit mencoba menetralkan cahaya yang masuk ke dalam matanya.

"Ayo!!" buru-buru aku tarik tanganya. Membantu tubuhnya bangkit sekalipun tubuhnya sama sekali tidak men-support diriku. Aku dengar Mas Garin berdecak keras karena aku menganggu tidurnya.

Aku mencoba menarik terus. Namun, naas. Tangannya yang kutarik malah menarik kembali selimut yang sudah berusaha aku jauhkan dari dirinya. Lagi-lagi ia menyembunyikan tubuhnya kedalam selimut terutama kepalanya yang juga ia double dengan bantal.

"Mas, ayo dong ini udah jam sembilan, katanya tadi mau aku bangunin jam segini" gerutuku padanya.

Tadi setelah sholat subuh ia mengatakan ingin tidur dan minta dibangunin waktu sarapan aja. Waktu sarapan aku bangunin dia dengan susah payah juga, yang hanya berujung membuka tirai, beresin barang dan ia minta dibangunin jam sembilan sekalian ia mau langsung balik pulang. Tapi apa? Nyatanya dia masih kangen-kangenan sama selimut.

"Mas" rengekku mulai jengah membangunkan ia dari tadi.

Aku berpindah posisi menjadi duduk di depan dirinya yang terbaring. Lagi-lagi aku goyang tubuhnya, aku tarik selimutnya dan aku panggil-panggil dia terus. Nanti kalau nggak dibangunin tepat waktu, aku juga yang kena. Dia juga yang ngomel lagi.

"Mas!" aku buka selimut yang menutupi dirinya.

Dan secara tiba-tiba tangan Mas Garin menarik diriku. Aku dengan sigap mempertahankan posisiku supaya tidak tertarik olehnya. Beberapa kali hingga aku yang mengalah dan membuat diriku ikut terbaring di atas ranjang setelah ia tarik. Berbaring menyamping, memunggungi Mas Garin yang masih saja memejamkan matanya di punggung, di belakangku.

"Mas, apasih" protesku dengan tambahan protesan-protesan lain untuknya saat aku hendak berbalik ke arahnya, tanganya dengan sengaja ia lingkarkan di pinggangku. Sontak gerakannya yang terang-terangan itu mampu membuatku terdiam.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now