'DUA PULUH'

21.6K 1.5K 52
                                    

Selamat hari raya idul adha untuk yang merayakan dan STAY SAFE untuk kita semua.

*

*

*

*

*

"Astaga!" aku berseru saat Mas Garin masuk membuka pintu kamar tanpa mengetuk. Buru-buru menutupi tubuhku dengan kaos yang belum aku pakai.

"Apa?" tanya terganggu karena seruanku.

"Kamu yang apa, ngagetin tau! Tiba-tiba masuk" gerutuku dengan makin mempercepat untuk memakai bajuku.

"Makanya pintu dikunci" ia mengingatkanku, lagi. Karena sudah sering pintu itu tidak ku kunci.

Aku berjalan ke arahnya dengan pakaian yang sudah lengkap "iya, lupa, kamu juga main masuk" aku ambil jasnya dari tubuh Mas Garin, melepaskannya.

"Kalau bukan saya yang masuk, gimana?" ia memungkinkan harapan

"Maaf, lagian siapa juga yang mau masuk ke sini" kemungkinan terburuknya adalah orang asing "kamu juga masuk nggak ketuk pintu" tambahku.

Aku duduk di ranjang memegang jas Mas Garin yang tadi kulepaskan. Menunggui dia melepas dasinya.

"Kamar saya."

"Tapi, kan, juga ada aku" debatku, dia lupa ya kalau menjadi suami istri berarti kamar dia menjadi kamar kita berdua. Tidak ada lagi kalimat "kamar saya" adanya "kamar kita."

"Ck" ia lepaskan dasinya, memberinya padaku "dikasih tau" tegasnya.

"Iya, maaf" kataku menyesal. Karena Mas Suami sudah pernah mengatakanya berkali-kali. Tetapi, aku yang lupa berkali-kali. Apa salahnya tidak mengunci kamar sendiri. Tidak ada perlu yang dikhawatirkan di rumah ini selain Mas Garin. Benar, bukan? Lagian orang asing mana yang main masuk kamar orang tanpa mengetuk pintu. Hell, itu hanya ada di pikiran Mas Garin.

"Kenapa pulang sore Mas?" tanyaku padanya yang tumbenan sebelum matahari terbenam sudah ada di rumah. Ini baru jam setengah empat. Aku baru selesai mandi sore. Langit masih panas dan cerah-cerahnya.

"Nggak boleh?" ia melepaskan bajunya dan meletakkannya asal.

Aku beranjak menuju ruang ganti untuk mengingatkannya "boleh, tapi, baju kamu jangan asal dibuang" kupunguti kemejanya yang diletakkan asal di lantai, mengingatkannya berkali-kali dan sama, ia lupakan pagi.

"Iya" katanya enteng. Dia terus mengiyakan peringatanku tapi jarang melakukannya dengan benar.

"Nggak biasanya aja kamu pulang sore" aku mengatakannya sambil memasukkan baju kotor ke dalam keranjang. Setelahnya hanya melihat Mas Garin memilih baju dalam dan mengambil handuk untuk ia mandi.

"Mau ada acara?"

"Kemana?"

"Mama ngajakin ke rumahnya Budhe Dewi, mau lihat cucunya" kata Mas Garin di ambang pintu "kamu siap-siap" ia menambahkan sebelum masuk ke kamar mandi.

"Hah?! Sekarang?!" tanyaku sedikit berteriak di pintu kamar mandi supaya terdengar sampai salam.

Mas Garin membuka pintu kamar mandi "habis ini, diajak Mama."

"Iya" apalah itu sekarang, bentar lagi, hari ini "kamu kok nggak bilang, sih" gerutuku.

"Ini saya bilang" katanya tanpa rasa bersalah.

"Ya nggak mendadak sekarang juga Mas, kenapa nggak dari tadi siang gitu" aku protes padanya.

"Lupa, cepat siap-siap!"

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now