LIMA PULUH SATU

14.4K 1.9K 204
                                    

First of all, selamat ramadhan buat yang menjalani, Ewel minta maaf ya, semoga yang jomblo tetap tegar di era gempuran bukber bareng ayang. Sehat selalu 🐥

Semoga membayar over thinking selama seminggu ini.

*

*

*

*

*

"Ma kemana?" pertanyaan Ken yang sudah berada di depanku membuatku berhenti berjalan.

"Ke rumah sakit" jawabku dengan panik. Sekalipun Pak Lino mewanti-wanti agar aku tak panik, tetap saja, kepanikam itu datang menyerang tiba-tiba. Siapa juga yang tidak panik mendengar suaminya sendiri kecelakaan dan tidak tahu bagaimana kondisinya sekarang.

"Mama tau?" tanya Ken lagi.

Aku mengangguk, Pak Lino sudah memberitahu dimana tempatnya sebelum aku menutup panggilan telepon darinya. Rumah sakit di daerah yang sejalan dengan restaurant Mas Garin.

"Oke, Mama jangan panik gini, Papa pasti udah ditangani" kata Ken mencoba menenangkan diriku. Ah, tidak bisa. Aku harus melihat bagaimana kondisinya sekarang baru aku bisa menghilangkan kepanikan ini.

"Ken cariin taxi sebentar" kata Ken sambil berjalan beriringan denganku keluar dari area stasiun.

Sayangnya saat kami di depan stasiun. Taksi tidak terlalu banyak disini. Ketiga teman Ken kami tinggal. Salah satunya, Cahya datang menghampiri kami. Ia khawatir karena Ken tidak segera kembali dan tidak memberi kabar.

"Bokap gue kecelakaan katanya, ini gue nyari taxi buat ke sana" jelas Ken pada Cahyo yang menanyakan kepergian tiba-tiba kami.

"Astaga, gue telpon yang lain dulu" kata Cahya mencoba menelpon kedua temannya yang masih berada di dalam area stasiun.

Selang beberapa menit keduanya datang dengan berlari, napas ngos-ngosannya bisa sampai ke telingaku.

"Gimana?" samar aku mendengarnya Joni yang baru datang bertanya, aku masih celingak-celingukan mencari siapa tau ada kendaraan yang bisa aku gunakan untuk ke sana. Aku disuruh menunggu disini. Dia sama seperti Mas Garin, suka memerintah.

"Belum tau, ini Ken lagi nyari taxi buat nyokapnya" jelas Cahya.

"Lo, kan, bawa motor, kenapa nggak pakai motor aja ke sananya" Dewa memberikan ide, agar aku atau Ken bisa segera sampai di rumah sakit daripada menunggu kendaraan yang tidak tahu kapan akan datang.

Aku mendekati mereka, mendengar bahwa ide itu bisa dilakukan "iya, naik motor aja" sahutku menyetujui ide Dewa.

"Gue panggil Ken dulu" Joni pamit memanggil Ken yang terlihat sedang bertanya pada seseorang di seberang jalan.

"Sekarang bisa?" aku tanya pada Cahya. Aku benar-benar ingin pergi sekarang dari sini untuk segera menemui Mas Garin.

"Iya tan, tunggu Ken dulu" katanya sambil memberikan senyuman simpul.

Aku jadi kesal juga sama Mas Garin. Kalau mau pergi bisa tolong kuncinya di kasih ke Ken. Biar mobilnya bisa digunain nggak ngejogrok aja di parkiran gak ada gunanya. Selagi menunggu Joni memanggil Ken, aku tidak bisa diam. Aku menggigit bibir bawahku tidak sengaja saking khawatirnya.

"Gimana Ken?" tanya Dewa saat Ken sudah mendatangi kami bertiga.

Ken menggeleng "nggak ada, tadi Joni gue suruh pesen taxi online" jelas Ken pada Dewa.

"Buat apa? Ada motor, kita bisa naik motor ke rumah sakit" sahutku tiba-tiba. Kenapa ia harus memesan taxi online padahal ada motor yang bisa digunakan dari pada menunggu lagi.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now