ENAM PULUH DELAPAN

12.5K 1.3K 209
                                    

Udah lama kalian nggak maki-maki Garin. Kangen.
Warning : Urineun drop it like hot, hot, hot (oh, jigeum feelin' so hot)❤️‍🔥

*****

"Sini" kata Mas Garin pelan dari balik punggungku setelah lumayan lama kami berdua diam-diam. Ia hanya mengelus pundakku dan tidak melakukan apa-apa. Tiba-tiba menarik diriku supaya berbalik menatap dirinya.

"Nggak mau" aku menolak, menahan diri supaya tetap memunggungi dirinya.

"Saya paksa atau kamu balik sendiri" titahnya dengan serius.

"Apa, sih, maksa!" Kesalku.

"Balik, hadap saya!" Titahnya tak mau dihiraukan.

"Aku kan udah bilang, nggak mau debat sama kamu, kenapa sih maksa" gerutuku masih kecewa karena ia tidak mau aku ajak pergi merayakan hari pernikahan kami.

"Iya, saya juga, makanya balik."

Aku berdecak "nggak, besok aja" kekeuhku dengan serius pada apa yang telah aku katakan.

Mendengar diriku terus menolak dan tidak melakukan apa yang ia perintahkan. Mas Garin bertindak, ia memutar tubuhku menjadi terlentang dengan kedua tangannya. Aku terkejut dengan apa yang ia lakukan, dia benar-benar melakukannya sekalipun aku sudah menolak. Aku membuang muka karena Mas Garin menatap diriku dengan posisi duduknya. Menahan tubuhku agar tidak kembali memunggungi dirinya.

"Udah?" tanyanya.

Aku tidak menjawab, aku masih melihat ke arah lain, mencari hal yang harus dilihat selain Mas Garin.

"Na" ia memanggil diriku.

Aku tetap tidak menjawabnya.

"Baik kalau diam aja ditanyain suami?" Tanyanya.

"Nggak tahu, nggak bisa mikir" jawabku asal.

"Kalau gitu jawab saya" desaknya.

"Besok aja."

"Saya nggak mau."

Aku menghembuskan napas kasar "aku juga nggak mau sekarang."

"Lihat saya."

"Nggak" tolakku lagi dan lagi "aku nggak mau berdebat sama kamu."

"Saya juga" katanya.

"Kamu mancing-mancing ngajak debat, aku capek mau tidur" gerutuku padanya. Supaya Mas Garin mengerti kalau aku sedang tidak mau bicara dengannya sekarang.

"Capek ngomong sama saya?!" Katanya penuh penekanan "hm?" Kali ini dia mulai berani membuat wajahku agar bisa ia lihat. Mas Garin menolehkan wajahku dengan tangannya. Sontak aku menutup mata, tidak mau bertemu tatap dengannya.

Aku diam cukup lama, napasku memburu karena pertanyaanya, aku menelan ludahku yang kering "iya!" Jawabku.

"Lihat saya kalau bicara."

Aku langsung membuka mata tanpa aba-aba, langsung bertemu dengan matanya yang memperhatikan diriku. Aku tatap dia dengan tajam dan penuh kekesalan. Aku meremas bajuku menahan supaya tidak kelewatan pada Mas Garin.

"Kamu belum tenang" katanya tanpa memutus tatapan kami.

"Emang, mangkanya aku nggak mau bicara sekarang" keluhku.

Mas Garin yang bertumpu pada tangan kanannya memasang wajah serius. Tangan kirinya yang ia gunakan menahan pundakku kini beralih. Mencari tanganku yang menggenggam erat bajuku. Ia genggam tanganku yang mengepal.

My Troublesome Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang