TUJUH PULUH

13.9K 1.3K 123
                                    

Bantuin inline typo-ku bestie.
Thanks 🍀

*

*

*

*

*

"Baju kotornya jangan disimpen di kamar, bawa ke tempat cucian" teriakku pada Ken yang sudah berjalan masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.

"Iya, Ma" ia balik meneriakkan jawaban.

"Sekarang, ya!" Kembali aku meneriakinya.

"Iya!"

Kami bertiga baru sampai di rumah setelah menghabiskan waktu liburan di Bandung. Hari menjelang malam saat kami sampai. Mampir untuk memulangkan Dewa, cahya dan Joni ke rumah mereka masing-masing. Kami sengaja memilih pulang lebih awal karena anak-anak harus sekolah besok pagi, apalagi hari senin, banyak kesiangannya.

"Langsung bawa ke dapur aja, Pak" kataku pada Pak Yon yang membantu membawa dua box kardus buah strawberry oleh-oleh dari Bandung "kuat, kan, Pak?"

"Kuat, Bu" jawab Pak Yon. Box-nya lumayan besar. Tapi, satu box isinya tidak terlalu penuh karena sudah kuambil dan berikan kepada ketiga teman Ken. Buah tangan ringan dariku untuk emak-emak mereka.

"Oh ya, kalau ada Bi Nar minta tolong suruh simpenin buahnya, bapak besok kalau pulang bawa 2 bungkus ya" tambahku pada Pak Yon.

"Iya Bu, makasih" balasnya kemudian berlalu masuk ke dalam rumah terlebih dahulu.

Mas Garin menurunkan barang bawaan kami yang tidak banyak. Hanya beberapa tas berisi pakaian dan perlengkapan kami serta satu kresek besar berisi sayuran yang diberikan oleh penjaga rumah yang tinggal di sana.

"Udah nggak ada lagi, Mas?" Tanyaku sambil mengecek kembali isi mobil Mas Garin. Mungkin printilan-printilan seperti botol bekas belum ia keluarkan.

"Udah kayaknya" jawab Mas Garin sambil menutup pintu bagasi mobil.

Begitu pula aku. Menutup pintu mobil yang masih terbuka. Mas Garin berjalan masuk ke dalam rumah tanpa menunggu diriku. Ia membawa semua barang kami. Melihat itu, aku langsung mengikutinya dari belakang.

"Saya taruh di dapur?" Tanyanya.

"Iya" balasku, emang sayuran ditaruh dimana lagi kalau nggak di kulkas dapur. Mau disimpen di kamar juga ngapain.

Ia langsung meletakkan kresek tadi di atas meja makan. Di dapur sudah ada Bi Nar yang terlihat bangun tidur. Pak Yon berpamitan untuk kembali menjaga di depan setelah menyalurkan tugas menyimpan oleh-oleh kami pada Bi Nar.

"Mas boleh minta tolong, tas itu yang isinya pakaian kotor dimasukin ke tempat cucian" pintaku dengan sopan padanya yang sudah mau membawakan masuk. Mas Garin tidak menjawab, ia langsung berjalan ke ruang tempat cuci baju setelah mendengarkan permintaanku.

"Bi Nar udah tidur, ya, maaf loh jadi kebangun" kataku, sungkan karena telah menganggu tidur malam Bi Nar. Sekalipun sekarang belum terlalu malam. Masih baru pukul 20.00. Waktu yang cocok untuk menonton sinetron kesukaan Bi Nar.

"Nggak papa, Bu, tadi saya ketiduran waktu nonton sinetron, soalnya rumah sepi" jelasnya sambil memgerjakan tugasnya untuk menyimpan buah tangan yang kami bawa.

Aku membalasnya dengan senyuman karena Bi Nar sangat rendah hati "kalau gitu, aku ke atas dulu ya, Bi, mau bersih-bersih, Bi Nar kalau udah selesai langsung tidur lagi aja" kataku "oh ya, cobain, Bi, strawberry-nya manis" tambahku.

"Wah, iya, nanti Bibi bawa sekalin buat nonton sinetron" katanya dengan sangat excited.

Aku meninggalkan Bi Nar di dapur sendirian, berjalan menuju ke tempat cucian dulu sebelum naik ke atas. Melihat apakah Ken sudah meletakkan baju kotornya di sini. Ternyata belum ada. Memang dasar anak. Aku membuka tas berisi baju kotorku dan Mas Garin. Lalu, mengambil dua bak cucian baju di ujung ruangan. Sekalian aku pisahkan pakaian putih dan pakaian berwarna mumping disini. Kukeluarkan semua isinya dan memasukkanya ke dalam bak. Aku ambil satu lagi bak. Sekitar 5 menit waktu yang aku butuhkan untuk memisahkan pakaian-pakaian kotor ini. Tas tadi aku letakkan di bak kosong yang tadi kuambil. Menyalakan kran air untuk membilas tanganku sebelum keluar dari ruangan mendapati Bi Nar masih memilah sayuran untuk menyimpannya. Aku langsung naik ke lantai atas. Mampir dulu ke kamar anak laki-laki yang tadi bilang 'iya' tapi ternyata ga dilakuin.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now