ENAM PULUH SATU

13K 1.5K 152
                                    

Sudah sebulan sejak kembalinya Pak Lino dari Kalimantan setelah menggantikan tugas Mas Garin disana, membenahi apa-apa yang harus dibenahi setelah musibah berupa kejadian kebakaran, menggantikan Mas Garin yang apesnya hari itu juga terkena musibah akibat kelalaiannya sendiri, kecelakaan yang bisa dibilang tunggal. Terkait rumah makan yang ada di Kalimantan, sepertinya sudah sedikit membaik sekalipun Mas Garin harus mengeluarkan banyak uang untuk memperbaiki kerusakan disana. Ditambah usaha baru itu belum di asuransikan olehnya, yang membuat Mas Garin tidak memiliki dana asuransi untuk tambahan suntikan dana perbaikan. Sebulan ini terasa cukup berat untuknya. Sekalipun Mas Garin sangat jarang membicarakan perkejaanya saat di rumah bersamaku. Ia kadang tidak sengaja menceritakan saat terpancing oleh perkataanku atau memang benar-benar aku paksa untuk menjawab pertanyaanku. Tentang asuransi juga aku mengetahuinya setelah mendesaknya untuk bercerita. Mungkin, aku tidak memiliki solusi atas permasalahannya. Pengetahuanku nol '0' soal wirausaha. Untuk memikirkannya saja aku tidak bisa, bagaimana bisa membantu Mas Garin. Sepertinya, ada benarnya apa yang Mas Garin bilang. Aku cukup selalu ada untuknya. Itu sudah cukup.

Nyatanya, aku tidak bisa membantu apa-apa soal usaha yang sedang Mas Garin rintis. Aku hanya tau informasi-informasi yang Mas Garin sampaikan lewat deep talk kami saat hanya sedang berduaan. Sedikit berbobot karena ia kadang menjelaskan sebuah istilah atau cara kerjanya yang tidak aku pahami. Sudah seperti kuliah bersama Bapak Garin. Kalau kalian tanya, topik deep talk atau pillow talk kami apa saja? Benar-benar topik yang terasa bernilai. Karena bisa saja habis satu sks kalau Mas Garin menjelaskannya. Jangan bilang padanya, kadang, aku biarkan saja Mas Garin berbicara. Tidak semua yang Mas Garin katakan bisa dan mau aku pahami. Jadi, aku biarkan.  Setidaknya, berbicara atau bercerita sedikit tentang apa yang sedang ia rasakan atau pikirkan, bisa mengurangi beban dalam kepalanya.

Sedikit banyak, aku paham posisiku saat ini. Mas Garin membutuhkan diriku sebagai tempatnya beristirahat tanpa perlu kami berbicara tentang apa-apa saja yang sudah ia lewati hari itu. Sedikit banyak, aku sadar bagaimana pola pikir Mas Garin tentang rumah tangga yang ia bangun. Ia tidak ingin aku terbebani, ia benar-benar ingin membangun apa itu rumah. Tempat pulang dan beristirahat ternyaman. Aku sadar, kalau ia ingin meninggalkan segala bebannya di depan pintu rumah tanpa menganggu diriku sebagai pengatur rumah ini. Ia ingin suasana baru dan nyaman yang berbeda dari tempat kerjanya. Dia ingin aku, istrinya, bisa memberikan kenyaman rumah seperti definisinya.

Meskipun, aku sedikit sangsi dengan hal itu. Masih terasa seperti dia yang membangun jarak antara diriku dengan dirinya. Membatasi kepercayaan yang ia pahami dan kepercayaan yang aku pahami. Sekarang, kami sama-sama berusaha kembali. Berusaha lagi untuk saling memahami dan akan ada waktunya kami sama-sama paham.

Seperti sekarang.
Anak dan ibu ini belum memiliki paham yang satu. Tante Tantri dan Mbak Saras tengah memperdebatkan soal acara yang harusnya diadakan sepuluh hari ke depan harus ditunda lebih dua minggu lagi, yaitu, penentuan tanggal pernikahan antara Mbak Saras dengan Pak Lino. Acaranya ditunda, dikarenakan Pak Lino yang diharuskan  menghandle beberapa hal mengenai usaha Mas Garin yang ada di Kalimantan, dimana sedikit banyak Pak Lino lebih mengetahuinya ketimbang Mas Garin setelah kejadian kebakaran itu. Tetap, pekerjaan adalah nomor satu. Acara esok adalah kelanjutan dari acara lamaran yang beberapa bulan lalu dilaksanakan di rumah ini. Benar, aku sedang berada di rumah Om Yanto. Acara bukan akan dilaksanakan di rumah Om Yanto, disini, tidak, kalian salah. Acaranya akan diadakan di rumah Pak Lino dengan keluarga kami yang harus pergi kesana membawa hantaran juga seperti keluarga Pak Lino saat melamar Mbak Saras.

"Ma, jangan warna ini dong, aku udah kepikiran biar warna ini buat resepsinya, lagian besok cuma acara keluarga buat nentuin tanggal aja, Ma" protesan Mbak Saras pada Tante Tantri, sejak tadi mereka sibuk mendiskusikan pilihan warna untuk seragam keluarga saat acara penentuan tanggal pernikahan.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now