EMPAT PULUH ENAM

17.2K 1.9K 203
                                    

Demi membayar kerinduan kalian, ini satu part isinya absurd Garin sama Gina. 🌼

Yang gak suka boleh skip.
Tapi, yakin mau skip?? Katanya kangen, wkwkwk.

*

*

*

*

*

Aku bangkit dari ranjang dan mengikat kembali tali pinggang bajuku. Begitu juga dengan Mas Garin yang sudah berdiri di samping ranjang menunggu diriku. Aku mengambil sisir dan menyisir singkat rambutku lalu aku ikat asal rapi rambutku -yang berantakan karena ulah singkat kami berdua.

"Kenapa wajahnya gitu?" cicitku sambil melirik dirinya dari cermin yang mengantung di dinding kamar Mas Garin. Wajahnya terlihat tidak bersahabat.

"Nggak papa" ucapnya sembari merubah wajahnya menjadi datar dan memutar badanya ke arahku.

"Kamu nggak mau cuci muka dulu Mas? Lusuh banget mukanya" kataku sambil mendekat dan menyentuh rahangnya agar aku bisa menggerakkan kepalanya dan melihat wajahnya dari berbagai sudut.

Mas Garin berdecak, menjauhkan wajahnya dari tanganku "nggak usah, ayo buruan makan malam" sela Mas Garin karena tidak suka wajahnya aku pegang-pegang sekarang.

"Kucel banget mukanya" cibirku di belakang dirinya yang sudah beranjak ke arah pintu.

"Nggak suka kamu?" tanya padaku. Sepertinya suasana hatinya rusak dan tidak bisa kuajak bercanda.

"Yaudah, iya, ayo turun" kugandeng tanganya. Lebih baik memotong pembicaraan ini dan segera makan, dari pada semakin memancing kekesalan pada diri Mas Garin.

"Nggak usah gandeng-gandeng, saya kucel belom mandi" ucapnya saat diriku menempelkan badanku dilengannya.

Kulirik dia dengan tatapan 'apasih', nggak jelas banget punya suami, pendendam banget sifatnya, "gemesh banget kamu kalau lagi ngambek" aku toel pelan pipinya sambil berbisik pelam di sampingnya.

"Na!" dia memperingati diriku, tidak suka. Menjauhkan badanya hingga gandenganku terlepas dari lenganya. Selepasnya, ia membuka pintu dan berjalan keluar lebih dulu meninggalkan diriku di balik pintu kamar.

"Mas!" aku memanggilnya dengan nada yang aku buat sedikit tinggi namun tidak berteriak. Berjalan sedikit berlari setelah menutup pintu kamarnya. Kalau begini aku makin ingin gencar menggoda dirinya. Tapi cukup sampai sini saja. Bisa malu kalau aku berlaku seperti ini di depan Mama dana Papa.

Cukup di depan Mas Garin saja. Ya. khan.

Di meja makan ternyata sudah ada Mama Erika dan Papa Mano juga Ken- yang duduk sedikit jauh dari Oma Opanya- yang sedang sibuk bermain dengan handphone miliknya. Aku berjalan sedikit lebar, untuk mensejajarkan jalanku dengan Mas Garin.

Sampai di meja makan Mas Garin mengambil duduk di kursi dekat Papa Mano yang memang masih kosong.

Mas Garin menarik tanganku tanpa tenaga, "duduk" katanya pelan padaku. Menyuruhku duduk di kursi samping kirinya, ia sudah menarik kursi itu untuk aku duduki. Padahal aku berencana duduk di samping Mama karena di sisi sana Mama sendirian. Ken duduk tepat di samping kiriku jika aku duduk disini.

Aku mau menolak. Tapi, Mas Garin tidak melepaskan pandanganya dari mataku sebelum aku menuruti dirinya, sekalipun tanganya sudah ia lepaskan dari lenganku. Akhirnya aku ikuti kemauannya untuk duduk di dekatnya. Setelah kami semua di tempat. Begitu juga dengan Ken yang menutup hand phone-nya. Seorang ART menuangkan air putih ke gelas yang tersedia di meja, juga menanyanyakan apakah kita ingin dibuatkan minuman.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now