DELAPAN

20.5K 1.7K 53
                                    

Rumah sudah sepi. Tinggal Bi Nar yang sibuk mencuci baju kotor kami di ruang cucian, Pak Yon yang aku tahu tadi sedang sarapan di kursi dekat halaman dan aku yang sekarang riweuh sendiri di ruang kerja Mas Garin. Seperti beberapa hari yang lalu Mas Garin berulah lagi. Merepotkan diriku lagi.

Tadi, setelah kepergiannya barengan bersamaan dengan mengantar anak kami ke sekolah, dia meneleponku. Lima belas menit setelah keberangkatannya bekerja. Tepat setelah aku selesai mandi. Dia menelepon diriku. Aku yang saat itu masih memakai handuk langsung sigap menyambar ponselku yang berdering dengan keras bersahutan dengan getarannya. Lebih dari dua panggilan tak terjawab dari Mas Garin tertera di layar ponsel pintarku, dan aku juga membuat panggilan tadi tidak terjawab karena terlalu lama tidak kuterima. Akhirnya aku telepon balik si Mas Suami.

"Ada apa Mas?" tanyaku langsung saat panggilanku diterima oleh Mas Garin dari seberang sana.

"Kamu dari mana? Saya telepon nggak diangkat" protesnya padaku karena panggilan teleponnya tidak segera kuangkat dari tadi.

Aku menghembuskan nafas "lagi mandi Mas, ada apa?" tanyaku lagi karena pertanyaan pertama tadi malah dijawab dengan pertanyaan balik oleh Mas Suami.

"Flashdisk saya tertinggal, antarkan ke resto saya, berikan ke Lino, saya mau ketemuan sama Saras" suruhnya padaku.

"Ck" aku berdecak "kebiasaan kamu Mas, mau sampai kapan ka-"

Tut tut tut

Panggilan telepon dimatikan sepihak oleh Mas Garin. Kebiasaan yang sudah biasa. Memotong ucapanku yang akan mengocehi dirinya. Sepertinya dia tidak mau mendengarkan kuliah pagi-pagi dariku.

Dan jadilah aku disini, di ruangan Mas Garin dengan tangan yang sibuk menggeledah setiap sisi meja kerjanya. Dimana aku harus menemukan benda kecil persegi panjang yang aku bahkan tak tau bagaimana bentuknya.

Karena terlalu terburu-buru mendengar perintah Mas Garin tadi dan karena panggilan berentet darinya aku jadi lupa bertanya. Langsung ganti baju dan lupa mengeringkan rambut basahku setelah keramas, yang kini malah ikut membasahi baju atasanku di bagian bahu.

Aku putuskan untuk menelepon lagi Mas Garin. Memastikan bagaimana bentukan barang yang dia tinggalkan dan yang harus aku temukan.

Panggilan pertama tidak tersambung.

Pada panggilan kedua, akhirnya terdengar suara Mas Garin di sana.

"Apa?"

"Mas, flashdisk-nya bentukannya kayak apa?"

Aku dengar dia berdecak, apa aku salah? Apa dia terganggu? Orang aku cuma tanya bagaimana bentuk barang yang ia suruh aku temukan. Dia juga yang salah, kebiasaan suka meninggalkan barang dan ngerepotin istrinya.

"Kecil"

Aku juga tahu kalau flashdisk itu kecil, batinku "yang lainlah Mas" kataku ingin dia lebih spesifik menjelaskan.

"Iya, warna besi gitu, putih mengkilap" katanya "mungkin di rak" dia menambahkan.

Aku mengernyitkan dahi, warna besi yang dia maksud itu seperti apa ya? Tak mau membuang waktu hanya untuk berpikir, aku buru-buru mencari di rak yang Mas Garin maksud. Dipikirkan sambil dikerjain. Pantas saja tidak ketemu. Dari tadi aku sibuk mengobrak-abrik laci meja kerjanya, yang dicari ada di rak pojok ruangan. Aku menelisik sebuah kotak yang ada di rak, aku masukkan tanganku dan... Viola! Aku temukan benda yang dimaksud Mas Garin ada di dalam sana.

Dari tadi kan enak, aku nggak usah repot membuat mejanya berantakan.

"Sudah Mas" laporku padanya.

"Hm"

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now