DUA PULUH DUA

19.1K 1.6K 72
                                    

Aku turun dari lantai atas menuju dapur. Baru saja berganti pakaian setelah keluar dengan Mas Garin. Hari ini minggu, weekend dan Mas Suami sedang di rumah saja. Kami baru saja keluar tadi. Kami habis pergi ke pasar untuk mencari daging. Kata Mas Garin Mbak Kirani mengajak kami untuk barbeque-an bersama. Disini. Karena kemarin aku hanya membeli daging dalam porsi kecil, aku memilih untuk membeli lagi sekalian membeli bahan lain seperti sosis dan sayuran yang segar.

Aku memindahkan buah-buahan dan sambal ke mangkok yang berbeda. Tadi saat di jalan pulang, ada penjual rujak buah berjualan saat kami berhenti di lampu merah. Alhasil, aku kepingin untuk membelinya dan ini dia semangkuk rujak buah yang terlihat menggiurkan.

"Buat Bi Narsih sama Pak Yon" kataku memberikan dua kotak styrofoam berisi rujak buah juga pada Bi Nar.

Lalu, aku membawa dua mangkok ke ruang tamu. Disana, Mas Garin tengah duduk menikmati tontonan televisinya. Aku duduk di sampingnya yang bersandar di punggung sofa. Meletakkan dua mangkok di atas meja ruang tamu di depan kami.

"Na, ambilin saya minum dingin, haus" perintahnya.

"Baru aja duduk" kataku pelan sekali. Semoga saja Mas Garjn tidak mendengar.

Aku bangkit dan kembali ke dapur. Menuangkan jus jeruk ke dalam dua gelas yang aku ambil. Lalu aku bawa kembali ke ruang tamu.

"Ini tuan pesanannya" kataku menirukan nada para pelayan di sinetron. Dia terkekeh pelan karenaku.

"Hm, makasih" responnya, mengambil alih segelas jus jeruk dari tanganku dan langsung meminumnya hingga separuh.

Cuaca sedang tidak bisa di tebak memang. Kami beru keluar sebentar. Belum saja tengah hari tapi di luar sudah sangat panas karena terik matahari yang sedang mode on. Cahaya matahari sedang cerah-cerahnya yang makin membuat terluhat hawa panasnya. Segelas minuman dingin sangat membantu mengurangi suhu tubuh kami yang meningkat.

"Mangkanya ganti baju dulu, biar seger" ucapku. Mas Suami nggak mau ganti baju setelah tadi kupaksa saat baru datang. Ia memilih untuk duduk di ruang tamu, leha-leha sambil menonton televisi.

"Habis minum ini juga seger" sanggahnya akan perkataanku.

"Tapi tetep aja, itu baju kamu bau debu" aku memberikan ekspresi menutup hidung setelah berpura-pura mencium aroma bajunya.

Mas Garin menghiraukan perkataanku, ia hanya melepaskan jaket jeansnya menyisakan kaos hitam yang melekat di badannya. Kemudian, tanganya dengan sengaja diulurkan ke leherku. Ia menarik diriku untuk mendekat ke badanya.

Aku berteriak "Aaa... Nggak mau! Kamu bau debu!" aku meronta-ronta supaya Mas Garin melepaskan diri untuk tidak mendekapku.

Mas Garin merekatkan dekapannya dengan merekatkan tangannya di leherku.

"Mas!!" aku membeo di telinganya yang akhirnya menjadi senjata untuk ia melepaskanku.

Dia terkekeh pelan karena diriku yang cemberut.

"Iseng banget jadi orang" gerutuku padanya yang diam saja. Menyenderkan punggungnya ke sofa dan mengganti channel televisi. Aku berdecak melihat kelakuannya.

"Cerewet jadi orang" sahutnya.

Aku cerewet juga karena si Masnya susah dikasih taunya. Perkara ganti baju saja dia mengecapku cerewet. Lalu bagaimana dengan dirinya yang selalu mengomentari diriku. Oke-oke, aku yang salah kalau Mas Garin sudah membuka mulutnya untuk berkomentar.

Sama-sama menghiraukannya, aku incip rujak buah yang tadi kubeli. Makanan ini lebih nikmat jika aku makan daripada dianggurin dan ngurusin Mas Garin yang susah diurus. Aku mencoba memakan beberapa buah dan mencocolnya ke sambalnya Lumayan, enak, manis dan sedikit pedas dari sambelnya.

My Troublesome Husband Onde histórias criam vida. Descubra agora