TIGA PULUH EMPAT

21.5K 1.9K 275
                                    

Yang baru buka mana suaranya!!!!!?
Updatenya pagi, sepagi alarm.

*

*

*

*

*

Kami berdua berjalan dari parkiran untuk masuk ke dalam restaurant. Meninghalkan Bara dan segala kenangan juga kekecewaan yang masih membekas. Berjalan, masih dengan Mas Garin yang merangkul diriku. Rangkulannya yang awalnya di pundakku kini beralih ke pinggang. Merangkul diriku tanpa penekanan, ringan dan nyaman.

"Mas."

Dia menoleh sebentar padaku yang berada dalam rangkulannya, "hm?"

"Ternyata ada gunanya mulut julid kamu" kataku.

Berdecak, ia memalingkan wajahnya dariku "ngejek kamu! nggak sopan. "

"Nggk kok, aku bersyukur aja punya kamu" kataku, tanganku ikut-ikutan merangkul pinggangnya yang lebih tinghi dariku. Aku menyenderkan kepalaku di dadanya, tepatnya ruang antara dada, ketiak dan tanganya. Menggesekkan wajahku karena malu mengatakan itu pada Mas Garin.

"Na!" protes Mas Garin karena kelakuanku yang tidak tahu malu. Ia melepaskan rangkulan tanganku dari pinggangnya. Tapi tidak dengan tangannya.

Aku mengerucutkan bibirku dengan manatapnya. Melayangkan protesan karena sikap Mas Garin yang seolah tidak mau aku dekati atau memang karena kelakuanku yang memalukan?

"Banyak orang, jangan kayak anak kecil" katanya lagi, selalu begitu.

Kapan sih, Mas Garin melihat perilakuku tidak seperti anak kecil. Selalu saja yang disalahkan anak kecil. Aku, kan, menggemaskan. Di saat seperti ini, nih, kejulidannya yang tidak pada tempatnya.

"Kalau sepi, boleh dong" godaku padanya dengan sedikit menijijit, membisikkan kalimat itu tepat di telinga Mas Garin yang masih merangkul pinggangku.

"Pikirannya Na!" peringat Mas Garin lagi, karena kami sudah dekat dengan pintu masuk restaurant Mas Garin.

Aku terkekeh melihat wajah kesal Mas Garin. Menyadari pengunjung restaurant yang lumayan banyak di lantai dasar. Aku berlaku santai dan biasa saja. Tidak lagi menggoda Mas Garin. Takut-takut nanti si Masnya malah menjitak diriku. Kan, tidak baik untuk image-ku. Sebagai wanita yang ber-title istri Garin Den Wasadjatmika, disini! Aku harus menjaga wibawa.

Sebelum naik ke lantai atas, aku kembali bertanya untuk memastikan apakah makananya sudah siap. Aku rasa berbicara dengan Bara membuang waktuku lebih dari 10 menit. Mas Garin melepaskan rangkulanku saat aku bilang ingin memastikan hidangan untuk makan malam. Ia mau menunggu diriku katanya saat aku suruh untuk naik lebih dahulu.

"Baik, dua menit lagi kuenya bisa kalian sajikan baru hindangan pembuka disajikan ke atas ya, jangan lupa yang rendah gula untuk Papanya Pak Garin ya" kataku, mengingatkan lagi pada mereka dan mereka menyanggupi.

Aku kembali ke tempat Mas Garin menungguku. Ternyata sudah ada Rizky disana. Sangat tampan dengan kemeja putih lengan pendek dan celana pendek berbahan kain berwarna navy, seragam denganku, sungguh dia adik siapa, sih. Mereka nampak sedang berbincang.

"Hey!" sapaku yang baru ikut nimbrung di antara Rizky dan Mas Garin.

"Mbak" sapa Rizky, dia mencium tanganku. Dan kubalas dengan memeluknya.

"Ganteng banget adik Mbak, udah salaman sama Mas?" tanyaku melirik ke arah Mas Garin yang mengangguk, menjawab pertanyaanku yang tertuju untuk Rizky.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now