TUJUH BELAS

19.3K 1.4K 70
                                    

Aku sudah sampai di restaurant Mas Garin. Tepatnya, aku sedang duduk pada salah satu meja di lantai dasar yang dekat jendela kaca. Aku menyesap teh chamomile yang baru diatar pelayan ke mejaku. Menunggu kedatangan Mbak Saras kemari. Aku sudah sampai setengah jam setelah panggilan dari Mas Garin. Dengan rok span berbahan denim yang aku sandingkan dengan blazer mirip jas kantor berwarna mint. Bayangkan secantik apa diriku, aku pasti tidak akan kalah dengan Mbak Saras kalau begini. Semakin paripurna dengan lipstik ombre-ku juga rambut yang bergaya Low ponytail semi braid, gaya rambut lucu yang aku jiplak saat menonton film barat dengan tambahan scarf yang kuikat di rambutku. Aku sangat percaya diri dengan penampilanku saat ini.

Gina : Mas aku udah sampai
Mas Garin : Iya.                  

Aku kirimkan pesan untuk memberitahu Mas Garin Bahwa aku sudah sampai di restaurant-nya. Tadi aku juga sempat menanyai anaknya yang sedang menginap di rumah Mbak Kirani, katanya dia sudah berangkat ke sekolah diatar Mas Daud.

Ujung mataku menangkap diri seorang Mbak Saras yang keluar dari mobil merahnya. Mobil dengan warna yang sangat mencolok namun tetap terlihat memukau jika Mbak Saras yang memakainya. Di melepaskan kacamatanya dengan tangan kanan dan tangan kirinya menenteng leather tote merek hermes. Berkelas. Dia memakai kemeja cream dengan celana mocca dan high heels hitam yang membuat dirinya nampak sangat berwibawa. Rambutnya dikucir belakang sangat sederhana. Aku saja sebagai perempuan terpukau padanya apalagi laki-laki. Cuma Mas Garin saja lelaki yang tidak normal. Menolak Mbak Saras dan malah menikahi diriku yang tidak sebanding dengan anak Om Yanto ini.

Aku menyesap tehku hingga tandas. Mbak Saras masuk ke dalam restaurant ini. Aku menghampirinya setelah merapikan blazerku terlebih dahulu.

"Mbak Saras" aku menyapanya fi ambang pintu kaca restaurant.

Dia tersenyum dan kami melakukan salaman berlanjut pelukan dan cium pipi kiri-cium pipi kanan.

"Lama nggak berjumpa kita" ungkapnya setelah melepas pelukan kami.

"Iya, Mbak Saras juga sibuk sekarang" godaku padanya.

Aku sedikit canggung. Memang karena sudah merebut Mas Garin darinya juga karena kami tidak terlalu akrab sejak kecil. Kami mulai dekat setelah kedua orang tuaku meninggal yang mengharuskan aku tinggal dengan keluarganya. Lalu komunikasi kita berkurang karena Mbak Saras yang sibuk kerja dan aku yang sibuk dengan kuliahku.

"Nungguin Garin ke sini?"

Kau menggeleng "Nggak kok, Mas Garin aja nggak disini."

"Oh, ya udah, aku ketemu Pak Lino dulu mau lihat persiapan besok" katanya.

"Eh, Mbak" aku meraih tangan Mbak Saras yang akan berlalu dariku "hari ini aku yang nemanin Mbak Saras, Pak Lino lagi ada urusan begitu juga Mas Garin" jelasku padanya.

Dia mengangguk paham pada maksudku "Oke."

"Ayo Mbak" aku ajak Mbak Saras untuk naik ke lantai atas.

Ingin memperlihatkan padanya dekorasi acaranya esok malam. Kalau bahasanya kami akan jiar, G-R, atau bahasa gampangnya Gladi Resik.

Saat baru sampai di lantai atas salah satu pelayan menanyai Mbak Saras untuk minuman yang ia pesan seperti perintahku tadi.

Seperti kata Mas Garin, hari ini aku hanya perlu datang untuk menemani Mbak Saras karena sudah ada staff lain yang menjelaskan segala bentuk acaranya. Dengan Mbak Saras melakukan beberapa bagiannya sebagai direktur baru di acara pesta merayakan menjadi direktur baru miliknya. Mulai dari pembukaan acara inti hingga penutupan dijelaskan secara rinci oleh sttaf yang sudah atau memang bertugas untuk acara ini. Sesekali Mbak Saras mengatakan kepadaku beberapa dekorasi yang ingin ia ubah atau juga mendiskusikan bersama tentang beberapa bagian.

My Troublesome Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang