EMPAT PULUH DUA

17.1K 1.9K 342
                                    

Setelah beberapa part isinya misuh-misuh ke Mas Garin. Terbitlah Part 41 yang isinya pada menistakan Gina. Sungguh couple yang serasi, sama2 bikin orang naik darah.

Enjoy 🌼🌼

*

*

*

*

*

Aku mengelus baju Mas Garin yang baru saja aku lipat berikut dengan jaketnya sekalian beberapa baju yang tadi kucuci bareng. Keduanya baru saja aku setrika. Semalam, karena pengakuan tiba-tibaku, Mas Garin langsung pulang dan melupakan bajunya.

Aku menghela napas mengingat bagaimana respon Mas Garin semalam. Dia bahkan tidak menemuiku lagi setelah berpamitan dengan Om Yanto. Mungkin karena dia sudah berpamitan lebih dahulu padaku.

Apa dia kecewa padaku?

Hal yang sejak semalam membuat diriku kepikiran. Hari ini, aku tidak kemana-mana. Mengingat rumah yang perlu dibersihkan setelah semua dekorasi dibongkar.

Mas Garin membuat diriku tidak bisa tidur lebih awal. Untungnya aku bangun lebih siang yang membuat diriku cukup tidur setelah kemarin malam hanya tidur beberapa jam saja. Sekedar mengirim pesan juga tidak dilakukan oleh Mas Suami.

Aku juga tidak berusaha untuk menghubunginya.

Gengsi?

Apa iya aku gensi?

Tapi, kan, aku yang minta waktu. Meminta jarak darinya. Lalu, kenapa harus aku yang menghubunginya lebih dahulu. Nanti Si Masnya malah ke-ge-er-an lagi kalau aku yang menghubunginya lebih dulu. Dia akan berpikir kalau aku merindukannya atau aku ingin segera pulang ke rumahnya.

Setidaknya, Mas Garin harus tau kabarku, kan? Seharusnya dia menghubungi diriku untuk tahu bagaimana kabarku hari ini atau hanya bertanya tentang bajunya yang ketinggalan di kamarku. Tapi, hari ini tidak ada batang hidungnya yang nongol, baunya juga gk sampai sini. Dia benar-benar memberikanku waktu kali ini. Memberi jarak diantara hubungan kami.

Shit, kenapa hari ini kepalaku hanya berisi dengan dirinya. Aku, kan harusnya senang dia tidak mengganggu. Seharusnya senang dia tidak merecoki hariku seperti kemarin. Harus lega, karena Mas Gari benar-benar menjaga jarak padaku.

Apalagi semalam.
Ah, Aku menghela napas lagi memikirkan ini.

Padahal, kemarin dia mengganggu diriku dari pagi hingga malam. Bahkan, kedatangannya pagi-pagi dengan membawa parfum sangat mengejutkanku. Aku tidak pernah berpikir Mas Garin akan berperilaku seaneh itu hanya untuk mengangguku.

Dan sekarang, hanya dengan sikap dinginya yang tidak memberikan tanggapan apa-apa padaku, membuatku terganggu semalaman. Dia tidak mengatakan hal panjang lebar seperti saat aku marah padanya. Dia tidak mengungkapkan segala hal yang ia benci dariku. Mas Garin hanya terdiam, memaksakan senyumnya dan membuat hal yang kukatakan biasa saja. Memakluminya seakan memang seharusnya seperti itu. Hanya dengan itu, Mas Garin bisa membuat diriku kepikiran.

Diamnya dan pikirannya adalah hal masih belum bisa aku ketahui.

Aku memilih untuk keluar dari kamar. Di kamar saja membuat diriku semakin kepikiran. Aku butuh udara segar yang lebih menyegarkan.

"Kemana?" tanya Tante Tantri saat aku melewati mereka, Om Yanto dan Tante Tantri yang sedang menonton televisi.

"Ke depan, cari angin" jawabku.

"Cari angin kok ke depan rumah, depan kipas" canda Om Yanto padaku.

Aku mendengus mendengar candaanya yang cringe di mataku. Melewati mereka tanpa merespon apa-apa lagi.

My Troublesome Husband Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora