DUA PULUH EMPAT

18.1K 1.6K 106
                                    

"Ngapain bawa mereka?"

Aku melihat ke arah yang Mas Garin lihat. Mereka, Cahya dan Joni, yang baru masuk dengan Ken

"Mereka mau main ke rumah, sekalian tadi" kataku.

"Kenapa nggak dipulangin dulu?"

Aku berdecak "Ck, kamu mau aku bolak-balik di jalan, nggak kasian sama istrinya" cibirku.

"Biar makan siang dulu mereka" tambahku. Aku berjalan ke arah mereka bertiga. Meninggalkan Mas Garin yang baru mrnyambut kedatangan kami.

"Ken, ajak ke atas, langsung pesen makan aja" aku menyuruh Ken untuk langsung membawa teman-temannya memilih makan siang. Aku suruh mereka naik ke atas yang lumayan masih kosong dari pada di lantai bawah yang sudah lumayan penuh.

"Iya Ma."

Mereka bertiga langsung naik ke atas, tak lupa Mas Garin meminta satu pelayan untuk mengikuti anak dan teman anaknya, untuk menanyai menu makan siang mereka.

"Kamu?"

"Hm?"

"Udah makan?"

Aku mengangguk "tadi makan roti, beli di mini market sambil nunggu Ken."

"Ya udah, temenin saya makan siang."

Setelah mengatakan itu, Mas Garin mengajakku mencari meja yang ksong. Aku mengekori Mas Garin sampai di meja yang kosong, dekat dengan dengan area makanan keluar di sebelah tangga. Lalu Mas Garin memanggil pelayanannya untuk memberikan buku menu yang aku lumayan tahu beberapa isi menu-nya.

"Pesenin saya terserah" kata Mas Garin, membuka kunci ponsel pintar miliknya.

Aku membuka daftar makanan yang sudah diberikan pelayan, yang kini berdiri menunggui pesanan makanan kami.

"Panzanella satu."

"Hah? Kamu tau itu apa?" tanya Mas Garin.

Aku menggeleng "nggak tahu, kayaknya makanan mahal, kamu tau?" tanyaku balik.

Mas Garin mengehela napasnya, menyenderkan kembali punggungnya ke kursi, "terserah kamu."

"Australian Lamb chops satu, ice lemon tea dua" aku memikir lagi, membalik buku menu, "em.. Panna cotta satu, oh iya, air putih, ya."

"Sudah Bu?" tanya pelayan itu padaku.

"Sebentar."

Mas Garin menatapku, menegakkan punggungnya, menurunkan buku menu yang menutupi wajahku, "Lamb chops?"

Aku mengangguk. Apa salahnya, sih?

"Sebanyak ini? Saya nggak habis Na, pesen sewajarnya" kata Mas Garin, ia seperti terkejut mendengar pesananku.

"Hah?" aku mengerutkan dahi "sama aku juga, Mas, lagi pengen itu, aku juga mau makan siang" kataku padanya. Apa salahnya, sih, pesen segitu buat dua orang. Nggak akan nggak habis juga.

"Lagi? Tadi katanya udah."

Aku meliriknya, Mas Suami kenapa, sih,  "emang nggak boleh makan siang lagi?" tanyaku heran.

Dia menyuruh pelayan untuk pergi, meraih buku menu dari tanganku dan memberikan pada pelayannya sebelum ia pergi dari meja kami.

"Boleh, yang penting dimakan" kata Mas Garin seperti mengalah padaku.

Selanjutnya, aku hanya menemaninya yang sibuk dengan ponselnya sendiri. Sedangkan aku, dari tadi sudah bermain ponsel. Aku bukai semua social media yang aku punya. Masing-masing aku buka. Lalu akan kembali ke aplikasi pertama. Seperti itu terus sampai sekarang aku kebosanan. Lalu aku letakkan ponselku di meja.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now