TUJUH PULUH TIGA

26.8K 1.7K 638
                                    

"Apa hasilnya"

Aku tidak tahu harus menjawab apa. Karena tidak ada perkiraan Mas Garin akan melihatnya. Begitupun aku, aku belum melihat hasilnya. Terburu-buru membuangnya karena takut ketahuan.

"Aku nggak tahu" hanya itu yang bisa kukatan.

"Maksud kamu? Is it yours?" Tanya Mas Garin memastikan. Ada raut kebingungan di wajahnya dan aku bisa mengerti itu.

"Kebetulan, iya." Jawabku. Memang kebetulan. Kebetulan Mas Garin melihatnya dan kebetulan that's mine.

"Kebetulan?" Ia kebingungan hingga timbul kerutan di dahinya.

Bukan hanya Mas Garin. Tapi aku juga, aku bingung harus bagaimana dan berbuat apa. Aku merasa dipergoki olehnya. Tapi yang pasti, Mas Garin lebih bingung dariku.

Aku hanya diam, nggak tahu harus berbicara apa di saat seperti ini. "Mas, kotor" seruku. Mas Garin hampir memasukkan tangannya ke dalam tempat sampah. Bukan tanpa tujuan, aku yakin ia ingin mengambilnya.

"Are you not curious?" Tanya Mas Garin "atau, kamu sudah tahu hasilnya tapi nggak kasih tahu, Mas?" Ia mulai mencurigaiku.

Bukannya aku sudah tahu. Atau aku tidak ingin tahu. Aku sangat penasaran. Sangat. Bahkan, aku belum melihatnya. Aku. Aku hanya takut. Belum siap melihat hasilnya bersama dengan Mas Garin. "No, I don't" aku tidak semencurigakan itu sampai tidak mengatakan hasilnya ke Mas Garin. Untuk apa. Iya. "Buat apa aku sembunyiin."

"Ya. Buat apa kamu sembunyikan, so, lets see!" Ajaknya, mengambil dua benda panjang yang sedang menjadi objek perbincangan serius kami.

Aku sampai menahan napas. Memperhatikan bagaimana Mas Garin mengambil. Menutup kembali tempat sampah sampai melihatnya. Aku menahan napas pada proses kami. Bukan, masih Mas Garin yang melihatnya.

"Can I see first? No, just the other one?" Tanyaku "no, nggak Mas, just two of them" aku meralat lagi kata-kataku. Aku tidak mau hanya melihat satu-satu karena akan meningkatkan harapanku. Aku sampai bingung begini berbicara dengan Mas Garin.

"Ya." Mas Garin menyerahkan keduanya padaku. Aku menelan ludahku yang kering. Menerimanya dengan tangan tertutup. Aku menutup mata sejenak. Menarik napas. I shouldn't overreact in front of him.

"Bisa?" Tanya Mas Garin, khawatir karena aku tidak segera membuka tanganku yang masih terlulur kepadanya.

Aku mengangguk, "ya" aku membukanya pelan. Sampai terlihat hasil yang tertera di keduanya. Keduanya sama. Aku menahan napas sejenak. Menggigit bibirku sekilas.

"Boleh saya lihat?" Mas Garin menawarkan diri.

Aku menganggukan kepala sambil melihatnya. Mas Garin mendekat. Melihat hasil pada test pack yang berada di atas telapak tanganku. Lalu, ia ambil dua benda itu dari atas tanganku. Bibirku terangkat ke atas. Memperlihatkan senyum simpulku. Aku menatapnya, begitu juga Mas Garin yang balik menatapku.

"It's fine" kataku sambil tersenyum. Aku membuang napas berat.

"It is. Are you.." Mas Garin bertanya dengan kalimat mengambang.

"Iya, sudah biasa. Harus terbiasa. Nggak semua yang aku inginkan harus segera terkabul, kan, Mas?" Aku menggigit bibir bawahku.

Mas Garin mengangguk. Membuang kembali test pack yang ia ambil dariku. Memasukkannya kembali ke tempat sampah. Sekalian memungut bungkusnya yang ternyata tidak aku buang. Menjadi salah satu alasan Mas Garin mengetahuinya. Mas Garin mengambil tisu basah yang memang selalu ada di sana. Mengambil dua lembar. Tanpa berbicara, Mas Garin meraih tanganku, mengelapnya dengan pelan kedua telapak tanganku, juga tangannya.

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Jul 13, 2023 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

My Troublesome Husband Onde histórias criam vida. Descubra agora