TUJUH

22.3K 1.7K 50
                                    

"Mas" aku goyangan tubuh Mas Garin yang masih terlelap di balik selimut tebalnya.

"Mas, bangun dong" rengekku dengan masih menggoyangkan tubuhnya. Dia belum bangun-bangun juga.

Ini hari minggu dan biasanya kami akan berlari pagi. Biasanya dia yang bangun lebih dulu lalu berlari pagi lebih dulu dengan Ken. Aku akan menyusul mereka dengan sepeda milik Ken. Namun tadi saat aku ke dapur Ken sudah pergi lebih dulu, dia pakai sepedanya. Katanya mau bersepeda bareng si Joni, Cahya sama Dewa pagi ini. Jadilah tinggal aku disini menggugah Mas Garin yang masih terlelap setelah melaksanakan sholat subuh bersamaku.

Matahari sudah muncul malu-malu di langit timur dan Mas Garin masih menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Mas,"

"Ughh.. " Dia melenguh karena tidurnya kuganggu.

Mas Garin mengucek matanya seperti mengisyaratkan agar matanya mau diajak kompromi untuk melek sekarang juga. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Mengontrol cahaya yang masuk ke matanya karena lampu kamar sengaja aku nyalakan.

"Mas ayo bangun, masa aku lari sendiri"

"Hmm" Dia mengaruk lehernya. Lucu deh kalau lihat si Mas Suami baru bangun tidur. Dia kayak anak kecil yang tidurnya aku usik.

"Ayo mas!" ajakku lagi saat di hanya tediam di atas kasurnya. Duduk dengan pandangan mata yang masih bingung khas orang bangun tidur. Nyawanya belum kembali ke tubuhnya dengan penuh.

"Jam?" tanyanya dengan suara parau khas orang yang baru bangun tidur. Irit sekali macam harga BBM bersubsidi.

"Enam kurang, udah cerah tuh diluar"

"Hm"

Tapi dianya masih diam di atas tempat tidur sana. Semalam dia nggak tidur apa gimana sih, hari ini kok susah bangat dibangunin. Biasanya minggu begini dia yang ngomel gara-gara aku nggak bangun-bangun.

"Ayo Mas jangan diem aja ih" protesku, dia dari tadi diem aja sambil lihat sana-sini. Cari apa sih pagi-pagi begini.

Lihatin istrinya yang cantik ini napa.

"Tumben pagi"

Iya, biasanya pukul enam Mas Garin dan Ken baru saja bangun dan siap-siap lari, sekarang belum pukul enam sudah aku bangunkan dianya. Tidak biasa juga karena aku sudah lebih dulu bangun.

"Iya, aku nggak bisa tidur dari subuh"

"Kamu bangunin Ken dulu!" perintahnya padaku, nggak tau aja dia kalau anaknya udah pergi sejak lima belas menit yang lalu. Anaknya mungkin udah sampai balai kota tapi bapaknya masih duduk bingung di atas kasurnya sendiri.

"Ken udah bangun Mas, udah pergi malahan sama temennya" biar dia tahu dan cepat-cepat bangun.

"Oh, iya" Mas Garin gimana sih, cuma ber-oh saja dan dia malah menyederhanakan kepalanya di punggung ranjang.

"Mas ayo!!" aku goyangkan tubuhnya dengan kekuatan penuh sebelum matanya itu ia tutup lagi dan akan susah untuk aku bangunkan lagi.

Aku tarik tangannya agar dia turun dari atas ranjangnya.

"Ish, iyaaa" eh, dia ngegas. Malah aku yang di gas sama dia. Harusnya aku dong, dia dari tadi nggak bangun-bangun.

Dia lepas asal selimut yang melilit tubuhnya, jadi berantakan itu selimut sampai ke lantai. Kebiasaan deh.

Dia berjalan ke arah kamar mandi yang aku yakin dia masih ngantuk. Jalan aja lambat gitu. Aku menghampiri dirinya dan aku dorong tubuhnya saat dia sudah dekat dengan pintu kamar mandi. Aku dorong dia sampai masuk kamar mandi dan aku tutup pintunya.

My Troublesome Husband जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें