ENAM BELAS

19.8K 1.3K 65
                                    

"Hmm..." suara Mbak Kirani yang sedang mengunyah bakpao buatanku "enak Gina bakpaonya" komentarnya.

Aku jadi sumringah mendengarkan komentar Mbak Kirani.

"Makasih Mbak, nanti aku Mbak bawa pulang ya" aku menawarkan padanya untuk membawa bakpao buatanku yang tadi sengaja aku buat cukup banyak.

"Boleh, Ghea sama Daud harus coba, pasti ketagihan nih" kata Mbak Kirani yang terdengar berlebihan di telingaku.

"Jangan seneng, di lidah Kirani semua makanan enak" sahut Mas Garin menyesap kopinya tadi.

Kami sedang duduk di meja makan karena tadi saat mau aku buatkan minuman dia ikut ke dapur begitu juga Mas Garin.

"Sudah?" tanyaku pada Ken yang baru turun membawa tas ranselnya "nggak da yang ketinggalan?" tanyaku lagi.

Dia menggeleng dan ikut duduk di sebelahku.

"Cuma seminggu aja Ma, nanti kalau ada yang ketinggalan biar dianterin sama Papa" ucapnya dengan gaya sok keren.

"Enak aja" sahut bapaknya yang tidak terima.

"Mama kamu buat bakpao nih" Mbak Kirani mendorong piring penuh bakpao ke hadapan Ken.

"Wih, Mama buatnya warna-wani kayak tukang bakpao" canda Ken padaku.

Aku berdecak memukul pelan pundaknya. Bisa-bisanya Mamanya dikatain tukang bakpao.

"Kamu mau makan nggak? Mama tadi masak udang" tanyaku padanya yang sedang menikmati bakpao buatanku.

"Mau deh" ia terlihat tertarik.

"Mbak Kirani mau makan juga? Aku siapain ya" tawarku padanya.

Dia mengangguk, memilih untuk mengambil sendiri makanannya. Mengikuti diriku ke dapur. Mulai dari mengambil nasi hingga lauknya. Karena tadi makanannya sudah Bi Nar bereskan dari meja sesuai perintahku.

"Kamu ambil juga dong" kata Mbak Kirani, mengambilkan aku piring juga dan menuangkan nasi ke atas piringku.

"Nggak usah Mbak, tadi udah kok" kataku tapi ia tidak menghiraukannya. Aku hanya takut nasinya tidak cukup karena aku hanya memasak dengan porsi yang tidak terlalu banyak. Mengingat porsi Ken yang besar nanti dia tidak bisa nambah lagi.

"Nggak papa, kata suami kamu, kamu punya maag" aku mengangguk kikuk, kenapa Mas Garin pakai bilang-bilang sih "kata dia kamu belum makan loh, makan aja daripada suami kamu ngomel" tambahan saran dari Mbak Kirani.

Aku tersenyum. Sebenarnya sudah. Makan bakpao satu biji tadi. Aku menerima piringku dan mengisi sendiri lauk untuk diriku. Selesai mengambil makanan aku dan Mbak Kirani kembali ke meja makan untuk menyantap masakanku. Tak lupa tadi kubawakan sambal matah buatanku. Kami memakannya sambil sesekali melempar pertanyaan. Meja makan terasa lebih ramai dengan kehadiran Mbak Kirani juga dengan Ken yang suka mengobrol apa saja. Berbeda dengan hanya kami bertiga di meja makan ini.

"Ma, sambalnya enak, tapi nanti tambahin cabenya ya" Ken sudah mulai seperti bapaknya, mengomentari masakan buatanku terkhusus sambel. Anak itu emang kalau masalah pedas nggak bisa dikalahin. Masa sambel sepedes itu masih aja kurang cabainya

"Iya, biar sakit perut" jawabku. Mbak Kirani terkekeh mendengarnya.

"Tapi sambelnya enak Gina, kamu tambahin cabe lagi biar makin nendang" Mbak Kirani ikut berkomentar menyetujui perkataan Ken.

Waw.

Ini mantan satu keluarga suka pedas semua. Ini mereka bisa saingan siapa yang paling tahan pedas. Ini aku udah kayak salah pergaulan kalau makan bareng mereka.

My Troublesome Husband Kde žijí příběhy. Začni objevovat