TIGA PULUH LIMA

20.2K 1.8K 203
                                    

Hellow everybody!! 🍿

Next!
Next!
Next!
Next!
Next!
Next!
Next!
Next!
Next!
Next!
Next!
Next!

This is the NEXT part.

Aku gak mau kasih tau kenapa lama Update, karena ujung-ujungnya ya tetep itu alasan aja dari aku. Dasar aku.

Enjoy!!

*

*

*

*

*

"Mas! Ngilu!" aku menepuk pundaknya dengan keras sampai Mas Garin melontarkan protesan-protesannya.

"Jangan keras-keras, kamu bisa nggak, Sih?!" gerutuku dengan nada menjengkelkan.

Lagian Si Masnya juga, ngeselin. Tidak sengaja terkilir kakiku, lagi, tadi saat sedang di kamar mandi. Ini pasti karena lantainya basah dan aku terlalu banyak tingkah. Tapi sejujurnya, ini tidak apa-apa. Bahkan aku masih tetap bisa berjalan dari dalam kamar mandi hingga kembali ke atas ranjang.

"Mending ngggak usah Mas" tolakku berkali-kali sejak Mas Garin mencoba mengurut pergelangan kakiku "Akh-" dia gak mau mendengarku.

"Na!" dia membeo karena sejak tadi aku pukuli pundaknya. Mungkin kali ini terlalu keras sampai Mas Garin membeo.

"Apa?! Sakit tau! Aku udah bilang nggak usah, ngeyel kamu" aku mengerutu dengan berapi-api, tapi tetap dengan nada rendah "aku yang ngerasain sakit, nih" kataku sambil menarik kakiku. Menekuknya agar bisa kusentuh dan jauh-jauh dari tangan Mas Garin.

Mendengar itu, Mas Garin berdiri. Dia masih belum mandi seperti terakhir kami sampai di rumah tadi. Aku yang mandi lebih dahulu, sekalian mencuci bibirku yang terkena tangan Mas Garin yang tidak steril. Aku masih tidak habis pikir jika mengingatnya.

"Bener, nggak mau saya lanjutin?" tanyanya memastikan.

Aku menggeleng, dari pada kakiku yang menjadi korban urut abal-abalnya. Lebih baik aku pijat sendiri. Lebih manusiawi ketimbang yang Mas Garin lakukan. Aku sungguh tidak percaya pada keahlian mengurutnya. Dia hanya pintar dalam hal mengkritik dan makan, juga, ah, tidak bisa aku katakan lagi.

"Kamu mandi sana" suruhku. Dia memang belum mandi dari tadi.

Dia berdecak mendengarku menyuruh-nyuruhnya "iya" jawabnya, berlalu ke arah kamar mandi. Tak lupa Mas Garin ambil bathrobe miliknya.

Sepeninggalan Mas Garin untuk mandi, aku beranjak dari atas ranjang. Menuju meja rias, untuk memakai krim malam seperti biasanya. Menepuk-menepuk wajahku dan mengolesnya perlahan. Selesai dengan itu, aku kembali naik ke atas ranjang. Meraih ponselku yang sedang kuisi dayanya. Melepaskan charger-nya. Aku membuka galeri foto. Melihat beberapa foto yang ada hasil jepretan di restaurant tadi. Mulai dari bersama di meja hingga foto berdua dengan Mas Garin yang difotokan oleh Ken dengan angel foto ala-ala anak muda, tak lupa efek-efek foto yang sedang hits. Itupun saran dari teman-teman Ken yang sangat heboh. Hidup dengan Mas Garin berasa ikutan tertinggal trend. Akhirnya aku pilih satu foto terbaik, versiku, untuk aku jadikan 'story' di akun sosial mediaku. Cukup lama aku berselancar di sosial media sampai Mas Garin selesai dengan mandinya.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now