'ENAM PULUH'

18.5K 1.7K 1K
                                    

Minta tolong, inline typoku, makasih bantuannya 💃

*

*

*

*

*

Aku memakai cardigan rajut yang hanya kupangku sejak tadi. Memposisikan ponselku di atas dashboard mobil untuk bisa membenarkan ikatan rambutku. Merasa sudah rapi dengan rambutku, aku masukkan ponselku ke dalam dompet.

"Kancingin cardigannya biar nggak dingin" perintah Mas Garin padaku.

"Iya-iya" aku mengiyakan perintahnya. Namun, hanya mengancingkan kancing bagian atas saja. Aku memang hanya sedang memakai daster bermotif jumputan sepanjang lutut dengan lengan mengembang. Lalu, aku turun dari mobil berbarengan dengan Mas Garin.

Kami berdua sedang ke luar mencari jajanan, ideku. Kali ini benar-benar dadakan. Karena dari selesai makan malam, kami hanya leyeh-leyeh di depan televisi. Aku tidak menonton televisi, karena Mas Garin lebih memilih untuk menonton berita terbaru daripada sinetron atau film yang ada dan aku yang dasarannya nggak suka nontonin berita cuma menemaninya. Kami memilih, bukan, aku yang meminta untuk ke pasar malam dekat dengan kompleks rumah, walaupun gak sebesar di alun-alun tapi makanannya juga tetap beragam. Mulai dari gorengan sampai makanan berat juga ada, yang panas-panas sampai yang dingin-dingin juga yang pedas atau manis.

Aku berjalan mengikuti Mas Garin yang udah berjalan lebih dahulu setelah mengambil kertas parkir dari tukang parkir disana tanpa menunggu diriku. Aku berhenti tepat di sebelahnya yang menunggu jalanan sepi untuk bisa kami sebrangi. Karena pasar malamnya tidak terlalu lebar, lahan parkirnya dibuat di seberang jalan yang mengharuskan kami berjalan kaki.

Mas Garin melirikku, aku ikut meliriknya balik, ia memiringkan badannya agar bisa berhadapan denganku "saya bilang kancingin yang bener" katanya, dengan tangannya yang menarik sisi kanan kiri cardiganku untuk disatukan ke tengah dan bisa ia kancingkan.

Aku menahan tangannya, menolak "jangan, sesek tau, nanti pinggangku kelihatan besar" memprotes dirinya sambil aku jauhkan tanganya dari cardigan yang sudah menempel di tubuhku, cardigan yang aku pakai memang tidak oversize dan press di badan "nah, sepi, ayo nyebrang" saat melihat jalanan sudah lumayan sepi. Aku langsung menggengam tangan Mas Garin dan menariknya agar ia juga ikut segera menyebrang, sebelum jalanan ramai kembali.

Mas Garin berdecak, melepaskan tangannya dariku "nggak usah narik-narik" protesnya.

"Ya kamu kelamaan" balasku. Merasa tidak bersalah setelah menariknya. Lagian nggak ada salahnya, daripada nanti Mas Garin menunggu lagi untuk menyebrang.

"Untung saya nggak kesandung, gimana kalau jatuh" ia melayangkan protesan dan pertanyaan padaku.

Aku meliriknya sengit "ya untung!" aku tekankan kata itu padanya "kamu nggak jatuh, kalau jatuh aku syukurin."

"Mulutnya" ia membalas tatapanku sama sengitnya "udah, banyak orang juga" balasnya mengalah.

Aku membuang muka "ya, kamu mancing-mancing" kataku sebelum berjalan lebih dahulu mencari makanan atau minuman yang menarik seleraku. Kami mulai berjalan dari ujung pasar malam.

"Mau cari apa?" katanya yang berjalan beriringan dengaku.

"Mau cari makananlah, apa aja yang bisa dimakan, emang ke sini mau ngapain" jawabku, asal pertanyaannya aku respon saja.

"Cari hewan peliharaan mungkin" ia berkata sambil mengendikkan bahunya.

Aku meliriknya sambil tetap berjalan "ini pasar malam" aku mengingatkannya.

My Troublesome Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang