ENAM PULUH SEMBILAN

14.7K 1.3K 179
                                    

Mas Garin mematikan mesin mobilnya. Kami baru saja pulang dari menghabiskan waktu liburan seharian di Bandung. Sekarang sekitar pukul 23.00 kami baru kembali. Aku melepas seat belt yang kupakai.

"Ken, bangun udah sampai" aku memanggil Ken yang tertidur di kursi penumpang, juga teman-temannya.

"Ehm.. iya" balasnya langsung membuka mata setelah aku panggil. Cahya dan Dewa ikut terbangun karena suaraku. Mungkin mereka tidak tidur dalam keadaan nyenyak karena tidur dalam mobil tidak selalu nyaman.

"Bangun oy" Cahya membangunkan Joni yang masih terlelap di sampingnya.

Segera setelah Joni bangun, keempatnya bersiap keluar dari mobil satu persatu. Sembari menunggu anak-anak keluar, aku juga memungut barangku yang aku keluarkan di mobil juga jaket Mas Garin agar tidak tertinggal. Mas Garin keluar mobil lebih dahulu.

"Ma, masuk dulu" pamit Ken dari balik kursi yang kududuki sebelum menutup pintu mobil.

"Iya, jangan lupa mandi" nasihatku. Kami sudah seharian di luar. Awas aja itu anak nggak mandi dan langsung tidur.

Aku melihat ke belakang beberapa setelah Ken menutup pintu mobil "ini handphone siapa?" Teriakku dari dalam mobil ke luar setelah menemukan sebuah ponsel pintar tergeletak di kursi mobil tanpa ada yang merasa kehilangan.

"Iya tante" seorang menyahuti. Dewa yang sudah dalam perjalanan masuk rumah, kembali lagi ke mobil untuk mengambil handphone-nya.

"Untung ketinggalan di mobil, kalau di tempat lain gimana" kataku sudah keluar dari mobil saat Dewa datang mengambil handphone miliknya.

"Iya tante kelupaan, makasih tan" katanya sambil menutup pintu mobil, sekalian pamit untuk masuk lebih dahulu.

Aku menghampiri Mas Garin yang mengambil belanjaanku di dalam bagasi. Dua paket strawberry segar yang aku beli tadi. Sekalian, kapan lagi beli strawberry sebanyak ini. Masih fresh, biasanya cuma beli di supermarket. Mas Garin membawa dua box kardus penuh dengan kedua tangannya.

"Minta tolong ditutup" pinta Mas Gari  padaku yang baru berdiri di sampingnya.

"Oke" aku langsung menutup pintu bagasi mobil saat Mas Garin langsung membawa dua box itu dan meletakkannya di atas meja pada teras rumah.

"Taruh di dapur aja, Mas" pintaku sambil berjalan menghampirinya sambil menenteng jaketnya.

Mas Garin mendengar, ia mengangguk. Namun berbeda dengan apa yang ia iyakan, Mas Garin malah duduk di kursi teras.

"Kenapa?" Tanyaku heran.

"Nggak papa, saya mau ngerokok dulu" jawabnnya.

"Oh, aku aja kalau gitu" kataku hampir membawa dua box penuh berisi strawberry.

"Nggak usah, biar saya aja, kamu bisa masuk dulu" ia mencegah diriku membawanya.

"Aku aja, nggak papa" kataku santai. Bukan apa-apa, kadang itu aku suka greget sama Mas Garin. Aku suruh dia cuma "iya-iya" nggak segera dilakuin. Kan gemes, ya udah aku kerjain sendiri ujung-ujungnya.

"Nggak usah" tekannya "masuk, dingin" ia menyuruhku segera masuk. Karena udara memang cukup membuatku hampir menggigil jika berlama-lama di luar dengan rok selutut yang kupakai.

"Ini, biar nggak dingin" aku berikan jaket yang ia kenakan hari ini, Mas Garin hanya memakai kaos lengan pendek, nanti kalau dia masuk angin, aku juga yang repot "aku masuk" pamitku, masuk lebih dulu seperti perintah Mas Garin.

Saat aku masuk, aku mendengar suara anak-anak. Entah apa yang sedang mereka lakukan atau mereka bicarakan. Masa SMA masa paling indah, bukan. Bukan, ya?

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now