EMPAT PULUH LIMA

18.3K 2K 282
                                    

"Kenapa belum tidur?" aku menoleh ke asal suara.

"Eh, Mama" aku berdiri dari dudukku "Mama mau apa?" tanyaku padanya, sekalian aku bantu jika ia memerlukan sesuatu.

"Nggak ada, Mama kebangun" jawabnya.

Sekarang sudah pukul sepuluh malam. Aku ingin tahu saja kenapa Mama malam-malam kebangun, padahal tadi sudah berpamitan untuk tidur.

"Mama mau kopi atau teh? Biar Gina buatin" tawarku padanya.

Mama menggeleng "air putih aja, Mama bisa ambil sendiri" katanya saat aku berancang-ancang untuk mengambilkannya segelas air putih.

Aku menurutinya dengan tetap di tempat. Sedangkan Mama berjalan menuju dapur, mengambil sebuah gelas dan mengisinya dengan air putih.

"Cucu Mama udah pulang?" tanyanya.

Aku mengangguk "baru pulang Ma dia."

Mulut Mama Erika membentuk huruf O setelah mendengarnya. Ia berjalan mendekati diriku "ya udah, kenapa nggak tidur?" tanya Mama Erika.

Aku menggeleng "nggak papa, belum pingin tidur aja."

Mama Erika mengangkat alisnya sambil menarik kursi di meja makan untuk ia duduki. Aku ikut duduk kembali di tempat awalku.

"Belum pingin tidur apa nggak bisa tidur?"

Pertanyaannya menjebak nih, bantinku.

Aku melihat ke arah Mama, "belum, Ma, belum ngantuk" aku jawab dengan tersenyum, lebih menekankan tapi tidak bermaksud menyentak.

"Nggak betah kamu disini?"

Memang Mas Garin adalah turunan Mama Erika kalau soal tebak-menebak yang bikin sedikit kesal. Aku gak ada pikiran seperti itu.

Secepat kilat aku menggeleng, menginap sendirian di rumah mertua tanpa didampingi suami memang sangat canggung. Tapi, bukan berarti aku nggak betah tidur disini. Aku sudah menghabiskan tiga hari di rumah ini. Tinggal disini sendirian tanpa Mas Garin, tidak menjadikanku terlena. Aku tetap membuat diriku was-was. Takut ada beberapa hal yang tidak cocok atau tidak biasa dilakukan di rumah ini. Menikah hampir 10 bulan bersama Mas Garin bukan berarti aku sudah paham semuanya yang berkaitan dengan keluarganya di rumah ini. Banyak hal yang masih harus aku perhatikan. Lagi pula, aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dari pada dengan Mama yang selalu sibuk dengan segala macam acara-dengan para kolega borjuis-nya.

"Nggak gitu Ma, Gina nyaman kok disini, emang cuma belum pengen tidur aja" jawabku mencoba agar Mama tidak berpikir seperti tadi.

Cukup nyaman berada disini, sekalipun tidak ada keberadaan Mas Garin di sini. Kecanggungan yang biasanya masih ada, namun lebih ringan setelah melewati malam cuhat colongan bersama Mama Erika. Aku lebih bisa mengutarakan apa yang ingin aku utaran dan menerima dengan lebih positive apa yang Mama katakan.

"Nungguin Garin" tebak Mama Erika setelah menegak setengah gelas air putih.

Aku menahan sunggingan senyum di bibirku, "sekalian nungguin Ken Ma, mungkin aja dia mau makan malam" alasanku.

Malu banget kalau ketahuan. Sebenarnya apa yang Mama Erika katakan benar adanya, aku memang sedang menunggu untuk menelpon Mas Garin.

"Anak Mama emang suka telponan sama kamu?" tanya Mama Erika yang terdengar penasaran, sampai-sampai ia menyangga kepalannya dengan tangannya sendiri yang ia tumpu di meja makan.

Aku memutar bola mataku ke atas, memikirkan jawaban yang tepat untuk aku sampaikan "Em, kalau senggang kita teponan sih, Ma" jawabku. Masih mencoba terbiasa membicarakan rumah tangga-sekalipun hal kecil yang bukan permasalahan- sama Mama mertua.

My Troublesome Husband Where stories live. Discover now